Latest Post

Gairah Di Stasiun Kereta

Written By Kembang Perawan on Senin, 02 Februari 2015 | 08.11

Saya tinggal di sebuah kota kecil dekat Jakarta. Waktu itu tahun 1984 dan saya baru
kuliah tingkat I. Hari itu saya kesel berat sama dosen, yang selain killer juga asli
egois. Saya yang sehari-hari terkenal sebagai mahasiswa yang disenangi oleh para
dosen-meskipun bukan terbaik, dibikin malu hampir seluruh kampus. Dia bilang
bahwa saya adalah orang yang tidak bisa dipercaya, karena diberi tugas tidak
melapor. Padahal saya sudah menunggu di depan kantornya lebih dari 2 jam untuk
memberikan laporan, dia malah tidur di ruang dosen! Saya kecewa berat, lalu pulang
ke asrama.

Sepanjang siang saya tidak bisa istirahat memikirkan si killer. Sorenya saya pergi ke
kota B untuk cari hiburan. Saya tidak tahu hiburan apa, yang penting saya berada
jauh dari asrama. Untuk sampai ke kota B orang harus naik ojek, karena angkutan
umum sangat jarang. Jadi saya bisa pastikan teman-teman tidak akan ada yang
mergoki kalau saya lagi senewen begini. Saya lalu nonton film. Sesuatu yang jarang
saya lakukan. Saya tidak ingat judulnya apa, tapi yang saya ingat film itu agak hot,
banyak adegan ranjangnya.

Sambil nonton saya juga beranikan diri minum bir. Ini pertama kali dalam hidup
saya, karena saya tinggal dalam lingkungan yang ketat. Mungkin karena saya serius
nonton film, atau mungkin juga pengaruh bir, perlahan-lahan beban akibat si killer
hilang juga. Yang tinggal adalah perasaan birahi karena pengaruh film. Abis nonton,
saya terpaku di depan bioskop. Jam di tangan saya menunjukkan pukul 21.00. Masih
sore, saya fikir. Lagipula saya malas pulang ke kampus, masih kesal dengan
suasananya. Tapi mau kemana? Akhirnya saya mengayunkan langkah juga ke arah
stasiun kereta api, dekat jalan tempat para ojek menunggu.

Sampai di sana suasananya sepi. Saya duduk di bangku panjang tempat para
penumpang menunggu kereta api. Saya menyalakan rokok. Menghisapnya dalam-
dalam. "Sendirian aja mas?" tiba-tiba ada suara menyapa. Saya terkejut dari
lamunan dan menoleh ke kiri. Seorang gadis cantik, sekitar 10 tahun lebih tua dari
saya, berpakaian seronok berdiri memandang saya dengan senyum menggoda. Di
tangan kirinya memegang sebatang rokok. Wah, ini pasti WTS pikirku. Saya
memang sering dengar bahwa di dekat stasiun ini banyak WTS berkeliaran. Tempat
operasi mereka biasanya di gerbong kereta barang yang lagi langsir. "Oh.. eh.. ya.."
jawab saya gugup sambil menengok ke arah gerbong kereta yang di parkir di
samping stasiun. Agak gelap dan banyak bayangan berkelebat di sana. Sesekali
terdengar suara perempuan cekikikan. "Boleh saya temani..?" tanyanya. "Silakan...
silakan.." kata saya sambil menggeser tempat duduk.

Saya jadi deg-degan. Meskipun saya terhitung tidak canggung sama teman- teman
cewek, tapi untuk seseorang yang lebih agresif kayak gini saya jadi panas dingin
rasanya. "Pulangnya kemana?" tanyanya sambil meletakkan pantatnya yang
kencang dan hanya ditutup oleh rok hitam pendek. Pahanya langsung terlihat ketika
ia menyilangkan kakinya. Mulus dan bersih. Wangi parfum murah menusuk hidung
saya. "Ee.. ke kampus." jawab saya polos. Saya lihat bibirnya yang berlipstik tebal
tersenyum nakal menghembuskan asap rokok ke arah saya. Gila, berani betul ini
cewek. Matanya memperhatikan saya dari atas ke bawah. Rambutnya panjang
sebahu dan ujungnya menutupi ketiaknya yang tidak tertutup baju. Ia memakai baju
hitam tak berlengan dengan belahan sangat rendah. Terlihat belahan putih dadanya
yang menyembul dibalik bajunya. "Ooo.. mahasiswa yaa?" tanyanya cuek. "Payah.."
"Kenapa?" saya balik bertanya. "Duitnya tipis" jawabnya sambil ketawa. "Tapi 'kan
otaknya encer" kilah saya nggak mau kalah. "Percuma.

Lagian nggak tahan lama" katanya sambil membuang puntung rokok ke arah rel
kereta api. "Apanya?" "Goyangnya" jawabnya sambil memencet hidung saya. Gila.
Pikiran saya ternyata benar. Dia termasuk salah satu "penghuni" gerbong nganggur
itu. "Emangnya kenapa?" saya jadi tertarik untuk menggoda. "Ya nggak enak donk.
Udah dibayar murah, nggak puas lagi" Saya hampir kehabisan jawaban. Terus
terang saya nggak pengalaman dalam soal beginian. Saya beranikan diri mengusap
tangan kirinya yang putih mulus. Ia cuek saja. Benda dibalik celana saya kontan
bergerak naik. "Kan bisa belajar....biar bisa lebih lama" kata saya. Ketemu juga.
"Enak saja.. emangnya kuliah" katanya. Bibirnya mencibir manja.

Lalu ia menepis tangan kanan saya yang asik mengelus tangan kirinya. "Kan bisa
jadi langganan" kata saya sambil pindah mengelus bahunya. "Biasanya berapa satu
rit?" Benda saya makin tegang. "Tergantung. Kalau biasa-biasa aja sih cuma dua
puluh ribu" Ia menepis tangan saya dari bahunya. "Mahal amat... Eh, yang biasa-
biasa itu gimana?" "Yaa..begitu deh. Celentang, tancep, goyang, selesai" katanya
cekikikan. Rupanya ia ketemu orang yang baru tahu soal begituan. "Kalau yang
nggak biasa?" tanyaku ingin tahu. "Emangnya situ belon tau ya? Payah amat sih.
Enak lho,.... diginiin nih" katanya sambil memasukkan jari telunjuk kanannya ke
dalam mulutnya sendiri, lalu dimaju mundurkan. "Hah, diisep? Astaga.." Saya
terkejut. "Apa situ nggak muntah?" "Waktu pertama sih jijik juga.

Abis bayarnya mahal, lama-kelamaan suka juga. Enak malah. Kalau yang masih
muda sih, biasanya saya telan. Obat amet muda..hi..hi.." Saya bergidik. "Kayak
saya?" "Kalau situ mau. Tapi bayarnya dua kali lipat" "Nggak ah. Kalau gratis sih
mau. Kan promosi" "Huh! Maunya!" katanya. Iapun berdiri dan meninggalkan saya.
"Mau kemana?" tanya saya sambil berusaha menangkap lengannya. "Cari langganan.
Situ mau nggak?" "Ogah. Kalau gratis sih mau" "Gini saja deh," katanya mengalah
"Situ bayar biasa, tapi saya kasih yang istimewa. Itung-itung promosi.. gimana?"
Kini ganti tangannya menarik-narik tanganku.

Dengan setengah malas saya bangun dari duduk mengikuti tarikannya. "Ee.. ee..
ntar.. " "Ntar apanya?" tanyanya sambil tetap menarik tangan saya. Akhirnya saya
berjalan juga mengikuti langkahnya. Batin saya berkecamuk. Saya belum siap untuk
ini. Tapi gairah dalam diri saya sudah naik sejak nonton tadi. Benda kecil dalam
celana saya pun sudah tegang. Saya mengikuti langkahnya melewati gerbong-
gerbong kereta barang. Dalam remang-reman saya melihat dalam gerbong-gerbong
itu diterangi lilin. Banyak perempuan dengan pakaian yang mirip dengan cewek ini
sedang duduk-duduk. Ada yang sudah ditemani laki-laki. Sesekali terdengar tawa
mereka. "Hei Marni, hebat lu. Waya gini udah dapet!" Seorang dari mereka
meneriaki cewek yang bersama saya. Rupanya cewek ini namanya Marni. Ia cuek
saja dan terus menarik tanganku berjalan ke ujung gerbong. "Kita mau kemana?"
tanya saya. Suara saya bergetar. Gugup. "Tenang aja. Kita pilih tempat yang paling
sip." Tiba di gerbong terakhir ia berhenti. Ia naik ke pintu gerbong yang memang
tidak berpintu. Karena tinggi ia berpegang ke pundak saya. Saya mencoba
membantu dengan mendorong pantatnya. Empuk sekali.
Tiba di dalam ia menggeser karton bekas untuk menutup pintu kiri dan kanan
gerbong. Dalam gerbong hanya ada sebatang lilin, tapi cahayanya cukup untuk
menerangi seluruh ruangan gerbong. Di sudut lantai gerbong terhampar satu tikar
lampit lusuh. Nampaknya sudah sering dipakai untuk operasi. Tanpa canggung Marni
mulai melepas pakaiannya satu persatu. Pertama bajunya. Lalu roknya. Terus
behanya yang berwarna hitam. Begitu behanya terlepas, payudaranya langsung
menyembul dan bergoyang indah mengikuti gerakan badannya. Putih, mulus dan
kencang. Putingnya terlihat mungil dan indah. Tanpa menghiraukan saya yang masih
bengong ia pun membuka celana dalamnya yang juga berwarna hitam, dan
dilemparkannya ke tumpukan pakaiannya. Saya terpesona. Kaget. Tidak mengira
sedemikian cepat prosesnya. Di hadapan saya kini ada sesosok tubuh wanita cantik
dan putih telanjang bulat, tanpa sehelai benangpun menutupinya. Begitu indahnya.
Pandangan saya langsung ke selangkangannya yang berbentuk segitiga dengan
rambutnya yang lebat. Saya menelan ludah berkali-kali. Ngiler. "Koq bengong? Mau
dibukain?" tanyanya membuyarkan keterpesonaanku. "Eh sorry.." kata saya sambil
mempreteli pakaian saya satu per satu.

Saking terburu-buru saya hampir terjatuh. Ia cekikikan. Saya buka semuanya,
tinggal celana dalam saya yang sudah mulai basah di bagian depan karena menahan
napsu dari tadi. Batang kemaluan saya yang sudah tegak menonjol ke depan. Saya
ragu. "Ayo dong, semuanya" katanya sambil membungkuk, mencengkeram dan
memelorotkan celana dalamku. Penis saya yang tadi tertahan jadi melonjak keluar
begitu celana dalam saya turun. "Waw..., gede juga" serunya, sambil mencengkeram
penis saya dengan tangan kanannya. Saya terkejut. Berani betul orang ini. Sudah
nggak ada malunya lagi. "Sini" katanya sambil membimbing duduk menyandar ke
dinding gerbong, sambil tetap memegang penis saya yang tegang. Permukaan tikar
lusuh menggesek kulit pantatku. Ia berlutuh dihadapanku dan membuka kedua
pahaku. Penisku yang tegang digenggamnya dengan kedua tangannya yang halus
dan mengocoknya pelan.

Tampaknya ia memang profesional. Lalu sambil tersenyum kepadaku ia
menundukkan kepalanya, membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya ke arah
penisku... "Ahhh..." hanya itu yang terucap ketika ia mulai menjilat kemaluanku dari
kantong pelir sampai ke helmnya. Ia berhenti sejenak dan tersenyum kepadaku. Lalu
menjilat lagi dengan lancar, turun naik searah batang kemaluanku, kiri dan kanan.
Saya hampir tidak percaya melihatnya. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu.
Cairan bening yang keluar dari batangku sudah bercampur dengan ludahnya. Ia lalu
memasukkan batang kemaluanku perlahan-lahan ke dalam mulutnya. "Ahhh...
nikmaaa.....tth" lirihku ketika ia mulai menyedot-nyedot batangku, mulutnya mundur
maju memasukkan dan mengeluarkan batang itu tanpa mengenai giginya, tanpa
rasa geli sedikitpun, sambil tangannya menekan selangkanganku. Gila! Begini nikmat
rupanya rasa orang bersetubuh.

Tangankupun sudah tidak tinggal diam. Kuusap bahunya, kepalanya, payudaranya
kuremas-remas, putingnya kupelintir. Kala ia menyedot batangku kuat, kupegang
kepalanya... "ah..ahh..aaaaahhh.. enak... ahh.." Ia tak bersuara tapi terus saja
menyedot-nyedot batangku. Lidahnya Hanya sesekali suaranya bergumam
"mmmfh...mmmf..." Terkadang ia menjilati kepala batangku. Lidahnya berputari
mengitari helm penisku yang telah mengkilat itu. Lalu memonyongkan bibirnya,
mengecup dan menyedot-nyedotnya dengan nafsu. Lalu memasukkan dan
mengeluarkannya kembali. Hebat. Keringat telah mengucur dari badanku. Lama-
kelamaan saya tidak kuat. Ia makin cepat menyedot-nyedot batang kemaluanku
dengan sangat nafsu. Kali ini ia memutar-mutar kepalanya. Kemaluanku terasa
dipelintir dan dipijat- pijat. Nikmat sekali. "Ahh...ahh.. terus.. . enak... aduh...
nikmaat... ahhh ... aaaaaah.....sshh" Kakiku kelojotan dan kepalaku menggeleng
kiri-kanan. Kepalanya kucengkeram sambil mengikutinya mengulum-ngulum
batangku.

Tidak ada tanda-tanda ia akan berhenti, malah tambah cepat. Edan! Apa mungkin ia
aku akan ejakulasi di mulutnya? Kayaknya sih begitu. "Ah.. ahhh.. Cret! Creett!
Crott! Aaaaaaaaahh...". Kuangkat pantatku sambil menekan kepalanya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaw... Cret! Cret! Crott!" Ya ampun! Batangku memuntahkan air
mani beberapa kali dalam mulutnya. Ia menyedot dengan napsu dan berkali-kali
menelannya tanpa rasa jijik sedikitpun. Bahkan yang berceceran di batangku pun
dijilatinya hingga licin, dan ditelannya. "Hmm.. mmmm..." Gumaman itu saja yang
keluar dari mulutnya. Saya terhempas lunglai dan ia terus menjilati kemaluanku
seperti tak pernah puas. Ia mengangkat mukanya dan tersenyum kearahku sambil
menjilati air mani yang masih tersisa di bibirnya. Gila ini orang! "Enak kan?!"
Tanyanya. Saya tidak menjawab, tapi hanya mengacungkan jempolku. Ia lalu
menarik tanganku, menyuruhku berdiri. Saya berdiri dan ganti ia duduk bersandar.
Tak berkedip aku menatapnya. Tubuhnya begitu putih, indah, padat dan
menggairahkan. Payudaranya montok menggantung dan menantang dengan putting
yang mungil ditengah lingkaran kecoklatan. "Gantian" katanya. Hah?! "Apa?"
tanyaku tak percaya. "Gantian dong. Sekarang situ yang kenyot nonok saya"
katanya. Gila! Ini persetubuhanku yang pertama, tapi sudah disuruh menghisap
vagina perempuan. Bagaimana caranya?

Supaya ia tidak kecewa saya lalu berlutut diantara kakinya. Kuusap kedua pahanya
yang putih mulus dengan kedua tangan. Tak percaya rasanya malam ini saya benar-
benar menyetubuhi wanita. Sebelumnya saya hanya menyaksikan tubuh wanita
lewat film-film BF. Ia tertawa melihat kemaluan saya yang mengecil. Saya lalu
mendekati kemaluannya. Saya lihat jembutnya begitu tebal dan indah menghiasi
barangnya. Tapi kemudian ia memegang kepala saya dan menariknya ke arah
dadanya. "Ini dulu" katanya. Saya tidak menolak. Saya meremas kedua teteknya
yang kenyal dan dan kencang itu dengan lembut dan mulai mengulum pentil
kanannya. "Ahhh... " lirihnya lembut. Saya memutar lidah menggelitik putting itu. Ia
menggelinjang kegelian. Lalu kusedot-sedot seperti bayi menyusu. "Ahh... ahhh..
terus ...yang kiri.." Akupun pindah, menyedot pentil sebelah kiri, sambil terus
meremas. Tangan kanannya memegang kepalaku sedang yang kiri menjamah
batangku, mengurutnya dengan gemas. Kontan batangku yang tadinya kecil mulai
mengeras lagi. "Asyiiik... keras lagi... ah... ah" lirihnya girang sambil menikmati
hisapanku di buah dadanya. Ia semakin semangat mengurut penisku. Cairan mulai
keluar lagi dari ujung helmnya. Aku kemudian berganti- ganti kiri dan kanan
menghis! ap teteknya. Ia menikmatinya dan matanya terpejam saking nikmatnya.
"Turun" katanya pendek.

Sayapun menurunkan kepala saya ke arah perut dan terus kebawah. Tangannya
terlepas dari batang kemaluanku. Tangan saya mengelus pinggangnya kiri kanan.
Kini saya berada tepat di atas kemaluannya yang berambut tebal itu. Bau aneh saya
rasakan tapi saya tidak perduli. Nafsu saya sudah naik lagi. Ini kesempatanku untuk
tahu bagaimana rasanya menghisap kemaluan perempuan. Saya menyibak rambut
hitam lebat yang menutupi vaginanya. Karena gelap, saya tidak bisa melihat dengan
jelas. Karena itu saya coba merabanya. "Ooooh..." ia mengerang lembut. Terasa ada
cairan basah di bawah belahan vaginanya. Saya mengusap-usap bibir labianya.
Pinggulnya bergoyang menahan geli. "Jilat dong... ooohh.." pintanya lirih.
Saya mulai menyentuh bibir vaginanya yang basah itu. Terasa lembut, asin dan
kenyal. "Nahhh... gitu... hhh... aw... geli... enak... oooohh..." rintihnya. Kini bibirku
yang mengecup, mengulum dan menyedotnya seperti mencium dan memagut bibir
wanita. Ia menggelinjang, menggoyang pantatnya, kegelian. "Terusssh... ahhh...
ahhh... ahh" Tangannya turun membantu menarik selangkangannya, sehingga bibir
vaginanya ikut terjewer. "Atasnya... atasnya... hisaaap... ohhh" Aku tidak tahu yang
mana yang atasnya. Yang aku tahu adalah ujung atas bibir kemaluannya. Kecil,
sebesar biji kacang. Mungkin ini yang disebut kelentit. Kumainkan dengan telunjuk,
kuhisap dan kukenyot-kenyot. Ternyata benar, reaksinya luar biasa. "Aaawww...
ahh.. iya.. ituu... ahh.. teruuuuss... ssstt... enaaaak..." rintihnya keras sambil
menggoyang pinggulnya. Ia lalu menaikkan kakinya dan kedua belakang lututnya
mampir dipundakku.

Aku semakin hot. Lalu silih berganti, kujilat vaginanya dan kuhisap kelentitnya. Rasa
asin ! cairan yang keluar dari vaginanya itu tidak kuperdulikan lagi bahkan kadang
kutelan karena napsuku yang membara. Kemaluanku sudah tegang lagi, siap untuk
babak berikutnya. Tiba-tiba ia menurunkan kakinya dan menarik kepalaku dengan
tangannya. "Nggak tahan..." katanya. Lalu bangkit berdiri dan menyuruhku duduk
menyandar seperti tadi. Aku menurut saja. Batang penisku kelihatan berdiri tegak
dan garang seperti menara. Ia lalu duduk menghadapku mengangkangi pinggulku.
Dicengkeramnya penisku dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya
memegang bahu kiriku. Lalu digosok-gosok ujung penisku itu di permukaan
kemaluannya dan kelentitnya. Aku terangsang hebat dan meremas kedua
payudaranya yang bergelayut di depan mukaku. Kuhisap dan kukenyot pentilnya
berganti-ganti. Dengan penuh napsu ia mulai menurunkan badannya dan
membimbing batang penisku masuk ke dalam vaginanya. "Blesss... " Penisku
langsung amblas.

Aku merasakan lubang kemaluannya hangat dan berdenyut hebat. Nikmat sekali.
Antara geli dan hangat. Ia mengangkat pantatnya perlahan lalu menurunkannya lagi.
Akhirnya ia seperti main kuda-kudaan, mengangkat dan menurunkan pantatnya
dengan cepat, hin! gga selangkangannya beradu dengan selangkanganku dan
mengeluarkan suara keras. "Plok ...plok... plak... plak..." Mulutnya merintih-rintih
dan mencari mulutku. Segera kusambut dengan pagutan penuh napsu. Lidahnya
meliuk- liuk ke dalam mulutku. Kadang-kadang bibirku dikenyotnya. Napsu kami
sudah begitu membara dan hanya itu cara melampiaskannya. Aku merasakan
penisku seperti diurut-urut. Apalagi ketika pinggulnya melakukan gerakan memutar.

Ya ampun nikmatnya. Terasa dipilin-pilin. Tanganku pun jadi liar, meremas-remas
pantatnya yang kencang dan padat itu. Kadang-kadang mengusap badan
belakangnya. Ia memegang kedua payudaranya dan memasukkan mukaku
diantaranya. Hangat dan kenyal. Aku gesek-gesekkan kedua pipiku di antara dua
bukit daging itu. Ia pun semakin napsu menggoyang pantatnya. Kepalanya sering
terkulai kebelakang saking nikmatnya. "Ahh.. ahh.. ooo... aww... kontolnya...
besaar... enaakk..." Tiba-tiba ia berhenti. Tanpa mencabut kemaluanku, badannya
berputar dan kini membelakangiku. Dengan bertumpu ke kedua lututku ia
menggenjot lagi pantatnya turun naik. Mulutnya merintih lagi.. "Ahh... ahh...
enaak... nikmaat... aww... terussshh..." Gila. Kini kemaluanku terasa sekali
menggesek dinding vaginanya. Rasanya menggerinjal memijit-mijit kulit atas batang
penisku. Pemandangan didepankupun demikian indahnya.

Pantatnya yang putih dan montok menghadap wajahku. Ditengahnya lubang dubur
yang kehitam-hitaman dan dibawahnya lubang kemaluannya sedang asik
menghisap-hisap batang penisku. Aku meremas-remas pantat montok itu dan kedua
ibu jariku menarik kedua bibir pantatnya didekat vaginanya. Kelihatan penisku
sedang mengebor lubangnya maju mundur dengan gagah dan garang. Batangnya
licin dan mengkilat karena dibasahi cairan kami yang sudah bercampur jadi satu.
Nikmatnya sulit dilukiskan kata-kata. Lalu ia menegakkan badannya dan melipat
kakinya. Posisinya jadi berlutut membelaka! ngiku. Dengan santai ia merebahkan
badannya ke belakang, ke arah dadaku. Dengan bertumpu kedua tangannya ia
mengayuh lagi. "Ahh... nikmatnyaa... uhhh... kontolnya.... besarr... hh.... enaaak..."
Batang kemaluanku kini keluar masuk dengan ujung helmnya menelusuri dinding
depan lobang vaginanya. Tak terkatakan betapa geli dan enak bersetubuh seperti ini.
Pantatnya kini beradu dengan selangkanganku dan menimbulkan suara keplok,
menambah semangatku untuk menggenjotnya.. Cewek ini benar-benar profesional
dan tahu banyak cara bersetubuh.

Tanganku meraih buah dadanya dari bawah ketiaknya. Kuremas-remas dengan
gemas dan penuh napsu. Ia memalingkan kepalanya keaarah wajahku dengan bibir
terbuka. Segera kusambut dengan bibirku. Kami berpagutan sekenanya karena
kepalanya bergoyang-goyang mengikuti irama pinggulnya. Benar-benar nikmat.
Beberapa saat kemudian dia berhenti lagi. Tepat saya hampir mencapai klimaks. Ia
seperti tahu bahwa aku mau keluar. Mau apa lagi ni orang , fikirku. Ternyata ia
berdiri dengan cepat dan meninggalkan batang kemaluanku yang bergoyang seperti
bandulan. Tegak dan keras, tapi mengkilat dan basah oleh cairan. Ia menarik
tanganku sebagai isyarat agar bangun. Aku pun berdiri mengikuti tarikannya. Lalu ia
bersandar di dinding gerbong dan mengangkat kaki kirinya dengan tangan kirinya,
sedangkan tangan kanannya menarik bahuku. "Ayo masukin...hhh ..." perintahnya
pendek. Diamput! Ini benar-benar malam istimewa.

Baru pertama kali bersetubuh sudah diajari bermacam-macam gaya untuk mendapat
kenikmatan. Akupun merendahkan tubuhku agar burungku bisa masuk dari bawah.
Kaki kirinya melingkar ke pinggulku dibantu oleh tangan kirinya. Tangan kanannya
melingkar di bahuku dan mulutnya mencari-cari bibirku. Dengan menuntun batangku
dengan tangan kananku kutempelkan ujung helm penisku itu di depan liang
vaginanya. "Bless... clep... clep..." Dalam sekejap batang penisku langsung
menancap sarungnya. "Aaaawww...." jeritnya merintih, merasakan kenikmatan yang
dialaminya. Kini batangku merasakan seluruh dinding vaginanya seperti memijit-
mijit. Geli dan nikmat. Sedangkan bulu-bulu kemaluannya menggelitik
selangkanganku. Aku tidak perduli. Aku merasa dorongan dalam diriku seperti tidak
tertahan. Aku mungkin akan orgasme.

Aku memagut bibirnya dengan kuat. Kembali lidahnya meliuk-liuk liar dalam
mulutku. Ketika lidahnya ditarik, ganti lidahku yang menjelajah dalam mulutnya.
Begitu terus. Kedua tanganku meraih pantatnya yang kencang dan menekannya
kearah selangkanganku. Lalu kugenjot dengan irama yang teratur. Matanya
terpejam, tak kuasa menahan rasa enak yang datang dari vaginanya. "Mmmmfff...
mmmfff..." Ia merintih tertahan, karena mulutnya tersumpal lidah dan bibirku. Ini
tidak berlangsung lama karena kaki kanannya mulai bergetar. Akupun merasa
lututku lelah. Gejolak menuju puncak kenikmatan jadi tertahan karena pegal.
Perlahan-lahan kucabut batangku dan iapun menurunkan kaki kirinya.

Mulutnya masih memagut bibirku, seperti takut kehilangan. Akupun tak mau
melepaskannya dan memeluknya erat-erat. Mesra sekali rasanya. Batang
kemaluanku tertekan diantara perutku dan perutnya. Ia lalu menggoyang badannya
kiri dan kanan, menggesek batang penisku keperutnya. Amboi! Ia lalu melepaskan
ciumannya dan merebahkan badannya celentang dengan kaki terbuka lebar.
Vaginanya jadi terlihat jelas dibawah rimba hitamnya. "Ayoh.. hhh... terusin... "
katanya. Ia pun nampaknya sudah hampir mencapai klimaks. Tanpa menunggu
perintah dua kali akupun menindihnya. This is the real ecstasy, fikirku. Dengan
memagut bibirnya dan mendekap erat tubuhnya aku berusaha memasukkan penisku
yang masih tegang itu ke dalam vaginanya. Tanpa dituntun, kali ini batang
kemaluanku nampaknya sudah hafal menuju tujuannya sendiri. "Blesss.........."
Amblas lagi, tanpa rintangan sedikitpun. "Ahhh.... " rintihnya lepas. Kedua kakinya
melingkar di belakang pinggulku. Aku berhenti sejenak untuk melepskan pegal, tapi
ia menggoyang-goyang pinggulnya, tanda ingin digenjot. Akupun menggenjotnya
turun naik. Makin lama makin cepat.

Ciuman dibibirkupun makin menggila. Aku jadi ikut memutar pinggulku mengiringi
putaran pinggulnya. Suara yang timbul pun ramai. "Plak.. plok... plak... plok..." !
Kali ini aku tidak tahan lagi. Nampaknya iapun begitu. "Aaaaaw.... ah! ah! ah!" Tiba-
tiba ia mengejang dan mendekapku kuat- kuat. Tangannya mencengkeram
rambutku. Bibirnya memagutku liar. Kedua kakinya yang melingkar di pinggulku
menekan kuat. Vaginanya seprti menyedot batangku dengan kuat. Seiring dengan
itu Cret! Cret! Cret! Cret! Kurasakan batangku tersiram cairan hangat didalam
vaginanya. "Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....!" jeritnya. Aku
membalasnya dengan menghunjam penisku sedalam-dalamnya. Aku orgasme! Cret!
Cret! Cret! Nikmat! "Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...."

Kutembakkan seluruh air maniku ke dalam vaginanya. Aku terhempas dalam lautan
kenikmatan yang tiada duanya. Aku terkapar dengan kepuasan yang tidak pernah
kubayangkan sebelumnya. Diatas tubuh molek dan montok tak tertutup selembar
benangpun. Aku hampir tertidur di atas tubuh bugilnya jika ia tidak
membangunkanku dengan sebuah ciuman mesra di pipiku. "Puas?!" tanyanya
berbisik. "He-eh" hanya itu jawabku. "Mau diterusin?!" tanyanya menantang, sambil
menggoyang pinggulnya kedepan. Penisku masih tertanam dalam vaginanya, tapi
sudah mulai mengkerut. "Ampun deh!" jawabku. Ia tertawa. "Kalo gitu bangun
dong" pintanya. "Ntar dulu ah, masih enak nih" kataku manja. Ia tak berkata-kata
lagi. Hanya tangannya mengelus rambutku, mesra. Sesekali ia mencium pipiku.
Kemudian kami berpakaian.
Saya menyelipkan uang lima puluh ribu, bukan duapuluh ribu seperti yang
dimintanya. Ia bertanya kenapa, saya jawab bayaran itu memang pantas untuk
layanan yang telah diberikan. Ia berterima kasih sambil berkata bahwa saya tidak
perlu sedermawan itu, karena ia sendiri mencapai kepuasan yang tidak pernah ia
dapatkan sebelumnya. Kebanyakan pelanggannya langsung pergi setelah klimaks,
tanpa memperdulikannya. Yang penting dibayar, pikir mereka. Ia bertanya apakah
saya mau pulang, saya jawab ya. Ia lalu minta diantar dulu ke tepi jalan untuk cari
kendaraan umum. Ia juga ingin pulang. Saya tanya kenapa tidak cari langganan lagi.

Dia bilang sudah puas, untuk apa lagi. Saya tanya apakah minggu depan ia ada
disini, ia jawab ya dan ia akan tunggu di tempat yang sama, jika saya mau datang.
Sebelum keluar gerbong ia memeluk dan menciumku, lama sekali. Seperti tidak mau
berpisah denganku. Minggu depannya saya datang lagi kesitu, dan menunggu di
bangku stasiun. Lama saya menunggunya, tetapi ia tidak muncul. Saya tanyakan
kepada teman-temannya kemana dia pergi, kata mereka ia sudah tidak "jualan" lagi
sejak malam bersama saya itu.

Saya tanya apakah ada yang tahu rumahnya, mereka bilang dia sudah pindah entah
kemana. Mereka menggoda agar salah satu dari mereka dijadikan pengganti, tapi
saya tidak mau. Sejak itu saya tidak pernah menemuinya lagi sampai saya kawin
dan berkeluarga. Terima kasih Marni... Kau telah memberikan kenikmatan sekaligus
pelajaran yang pertama buatku. …

Dalam Dekapan Kakak

Kejadian ini bermula saat saya masih duduk di bangku kelas 5 SD, umur 11 tahun. Kakak saya duduk di Bangku SMP kelas 2. Kami 3 bersaudara, Kakakku anak pertama, dan Aku anak terakhir dari 2 saudara laki laki. Kedua Orang Tuaku Kerja d perusahaan Rokok swasta terbesar di Kota Tahu Jawa Timur.

Tika (Nama Kakak), punya tubuh yang proporsional saat kelas 2 SMP, BH sudah penuh dengan Isi payudaranya..., Puting kecil dengan lingkar puting coklat yang menggairahkan. Tingginya saat itu msh 154, berat badan 38, BH 32 B. Wajah standard nilai 7, kulit kuning langsat dan berbulu halus di tangan dan kakinya.

Kejadian pertama terjadi saat aku sedang sakit typus, setelah opname di RSUD Gambi*** di kediri selama 15 hari, saya diperbolehkan pulang untuk rawat jalan. 3 hari setelah rawat jalan d rumah, kedua orang tuaku pergi ke Surabaya untuk menghadiri acara nikahan selama 3 Hari. Untuk itu, selama ibukku tidak ada, Tika kakakku merawat dan menjagaku setiap saat (kebetulan saat itu libur sekolah untuk tingkat SMP).

Hari Pertama, Kakak yang malamnya tidur sekamar denganku bangun, bersih bersih rumah, tidak lupa sambil masak air hangat untuk menyeka tubuhku..!!! Hampir tidak ada keganjilan dan nafsu apapun yang tersirat di wajah kakak, dia membuka smua bajuku hingga tinggal CD ku yang tertinggal. Kakak menyeka, mengusapkan sabun dengan penuh kasih sayang, sabar dan telaten. Malam harinya Kakak menemaniku tidur di kamar, dia serius membaca sebuah buku...kadang kadang terdengar desahan Nafas berat keluar dari mulut Kakak...hhhhheeeehhh....!!!!

Hari Kedua, seperti biasa...setelah bangun kakak bangun dan beres2 rumah, jam 8 kakakku Tika ke kamar masih memakai baju tidur, membawa Ember berisi air hangat untuk menyeka tubuhku lagi.., aku membuka bajuku sendiri kecuali CD ku. Pandangan kakak terlihat lain, dia mengamati semua bagian tubuhku...!!!

Kakak: dek...biar gak pusing..adek rebahan aja...sambil kakak seka tubuhnya. Iya mbak, jawabku. Nafas berat mengawali kakaku saat mulai menyeka tubuhku...!!!
Kakak: mbak nyekanya gak pake kain ya dek...biar bisa gosokin badan adek.., biar rata ngasih sabunnya. Iya mbak, Jawabku. Kakak mulai membasuhkan air d tubuhku...usapan..usapan tangan kakakku membuat sedikit geli (merangsang) tubuhku...!!! Hingga tanpa sadar Penis Kecilku berdiri tegak di balik sangkarnya.

Kakakku: CD nya di lepas aja ya dek, biar mbak bisa bersihkan selangkangannya....!!! Jangan tho mbak, isiiin aku...(Jawabku). Tapi kakakku tetep melorotin CDku sambil bilang...udah...ga usah isin...khan sama kakaknya sendiri.

Waaahh...kebelet pipis tho dek kok burunge ngaceng (berdiri)...kata Kakakku Tika.
Aku jawab...gak mbak, khan tadi udah pipis waktu mbak nyapu...!!!
Lahhh..terus kenapa iki kok gerak2 ngaceng gini manuke...goda Tika Kakakku, sambil mbasuh air hangat di selangkangan...testis...dan pahaku.

Aku merasakan geli yang aneh di tubuhku saat Tika nyentuh lembut testis sambil sesekali nyenggol Penisku yang udah gundul di khitan saat umur 8 tahun...., aku spontan bilang....mbak udah mbak...geliii...jadi pingin pipis. Tika kakakku malah senyam senyum..., sambil bilang...tunggu sebentar ya...mbak tika ambilkan tempat pipis.

Tika keluar Kamar, tidak lama masuk kamar tapi tidak membawa ember tempat pipis..., malah ganti baju daster. Loh mbak...mana tempat pipisnya..., tanyaku bingung.
Tika diam saja, malah naik keatas tempat tidur..., sambil bilang...udah dek ardi tenang ae..., nurut kata mbak...biar cepet sembuh. Iya mbak...jawabku.

Kakak langsung megang burung kecilku..di sabun..di usap usap...kemudian di basuh air dan di lap pake handuk...(Mbak...tambah geli..pingin pipis mbak....rengekku).

Tiba..Tiba Kakakku naik ke atas tubuhku.., sambil mengangkat ke atas baju dasternya....(Aku makin bingung apa yang mau di lakukakan mbak Tika)
Tika bilang...dek..pipisnya di sini aja ya...!!! (Sambil tangannya nunjuk ke vaginanya)...
Belum sempat aku jawab..Kakakku sudah..megang Penisku...di tempelkan di Vaginanya...kemudian di gosokkan ke Vaginanya..!!!
Uuuuhhhh...ardi...., mbak tika pingin kamu pipis di dalam sini..., mbak tika pingin ardi cepet sehat...jadi buanglah pipis dek ardi di sini (vagina)...!!!
Aku tidak paham apa yang di lakukan mbak tika, tapi aku melihat wajah mbak tika memerah, bibirnya di gigit..sambil payudaranya di remas2.., ooowwwggghh...ooouuhhgg...suara dr mulut kakak saat vaginanya bergesekan dengan penisku.

Akupun menahan geli...dan semakin tegang saja penisku....eeeehhhhhmmm...mbaaak... Gelliii mbaak...gelii tenan...,
Mbak tika megang penisku...aku merasakan Penisku seperti di tekan masuk pelaaaan ke dalam sebuah lubang..., tahaaan ya dek ardi....burungnya mau tak masukkan ke tempeknya mbak tika, biar dek ardie bisa pipis di dalamnya....., aku mengangguk..iya mbak, jawabku.
Kakakku makin kuat nekaaaan dan nindih penisku..., tampak sedikit kesulitan dan menahan rasa sakiit saat menekaaan penisku...., aaaahhhhh.....sakiiiit....ardiiiieee....(Sambil ambruuk di atas tubuhku) , teriakan mbak tika saat aku merasakan penisku masuk ke dalam sebuah lubang...sempiit..geliii...angeet...dan berdenyut.

Aku merasakan sebuah cairan meleleh di pahaku..., setelah beberapa saat...mbak tika bangun dan melihat darah keperawanannya mengalir..., dan membersihkan darahnya dengan handuk...!!!
Setelah itu Tika melepas smua bajunya..dan naik lagi di atasku...., siiaaap ya dek...mbak mau ngeluarkan pipismu..., mbak tika megang dan nuntun penisku..sekali tekan udah lgsg masuk...blessss....., aaahh...ehhhhhmmm....suara desahan kakakku..., mbak tika nuntun tanganku untuk meremas susunya..., remes pentile mbak tika ardi.....remes diii....aaahhh....sambil terus menggoyangkan pantatnya..!!! Eehhhmm...tempek mbak tika enak gak...ayoo dii...pipisnya keluarkan di dalam ya...mbak tika enakk dii...tempek mbak tika kedut..kedut...racauan kakakku, sambil terus jepit genjot goyang penisku di vaginanya.
Ahhhhh....sayaaaang....ardi......mbak tika mau pipiiiiisssss..........srrrrrrr....serrrrrrr...... ahhhhh....enakk banget arrr....oooouuughhh.....!!!! Aku memang merasakan sebuah cairan hangat keluar dari vagina tika, Vaginanya menjepit dan menghisap kuat penisku (Orgasme), akupun merasakan sebuah sensasi luar biasa nikmatnya...!!!
Mbak tika ambruk lagi..mencabut vaginanya dari penisku..., rebahan di sampingku sambil mencium..dan bilang...dek...jangan bilang siapapun yaa...ini rahasia kita..., mbak tika sayang ardi...ardi harus janji akan menjaga rahasia yang mbak lakuin tadi sama ardi.
Iya mbak, jawabku. Mbak tika meluk dan minta di ciumi payudaranya.
Malam hari, setelah kakak membaca buku...,Tika mengunci pintu, dan naik ke atas kasurku (ada 2 kasur).

Mbak tidur sini ya..., mbak mau ngelonin ardi..biar hangat dan cepat sembuh..!!!
Iya mbak, jawabku. Mbak tika..., yang kita lakukan tadi kok geli enak itu apa namanya mbak...tanyaku.

Ohhh...itu namanya Ngembik (Kawin, Kentu, Ngesex) jawabnya.
Laah tadi tempeknya kok berdarah mbak, tanyaku lagi...!! Itu namanya darah perawan ardiee...., kalo pertama pasti keluar darahnya jawab kakakku sambil meluk dan nyium keningku.

Apa ardie mau Ngembik lagi sama mbak tika...??? Belum sempat jawab mbak tika sudah nafsu mencium bibirku..., ehhmm...ehhhmm...mbaaak...tikaa...pingin lagi sayaaang..., pingiiin pipiss enak lagii....rengek tika sambil nyiumi bibirku.

Mbak....., burungku ngaceng lg....!!! Kataku. Mbak tika lgsg ngusap..megang..dan ngocok penisku..., dia sangat nafsu..bajuku lgsg di buka smua...kakakku juga membuka bajunya...BH dan CD nya...!!!
Aku lgsg beranikan diri nyentuuh...ngreemas2 payudara Tika yg masih mulus dengan puting kemerahan..., Aaahhhhh....adikku udah mulai pinter nih...goda mbak tika..sambil nyium bibirku lagi dan membelai lembut penisku yang makin tegang.

Kakakku bangun dari posisi rebahannya, dan bilang...deek...mbak mau ngemut Pelimu ya...., belum jawab kakaku sudah memasukkan penis kecilku ke dalam mulutnya...., aaahhh....eehhhmm...sSsssttt...mbakk..gelii mbaak...geliii mbakk...!!! Ocehku. Mbak tika bilang..ssseeeeettt...(Sambil isyarat utk nutup mulut)...jangan rame, nanti kakakmu kedengaran...ucapnya. Akupun ngangguk...dan menahan geli di emut kakak sambil merem melek njambak rambut Tika Kakakku...!!!
Deeekk....gantian tempek mbak tika di emutin ya...,bisik Kakakku.
Aku pun bangun, Tika rebahan dan membuka lebar pahanya...nuntun tubuhku naikin tubuh tika dengan posisi terbalik (69), jilatin arr....!!!
Dengan agak jijik...krn lendir dan bau anehnya..aku beranikan nempelkan mulut ke Vagina Tika..., aku usap2kan bibirku...nekaaan...vagina yg mash belum banyak rambutnya. Setelah terbiasa dg baunya, aku mulai berani membuka mulut...gigit lembut vaginanya....jilatin vagiananya...dan menghisap lendir2nya....!!! Kakakku meracau...gerakan tubuhnya tdk karuan, pantatnya naik turun menahan geli jilatan lidah di vaginya...!!! Aku juga merasakan kakaku ngemutin penisku...nyedotin buah zakarku..., suara desahan tertahan malah mbuat kami makin bergairah.

Ahhh...ehhhmm....ardie, masukkan penismu ke tempek mb.Tika, mbak dah ga tahan arr....pinta Kakakku...!!!
Akupun bangun, mbak tika nuntun aku untuk duduk di hadapannya...mbuka lebar kakinya..., nuntun penisku dan..tekan dekk..., ehhmm....blesssss.....seleeepp....penis kecilku masuk smua ke liang Vagina Tika..., ehhhmm....ehhhmmm....!!!! Maju mundurkan penismu, rebahan dan emut susu mb.tika sayaang...ucap kakakku.

Sambil rebahan..aku genjot vagina kakakku...suara ceplak ceplok makin kencang...suara deritan lendirnya makin terdengar...dg lahap aku mencium dan menghisap puting kakakku..aku gigit dan tarik2 putingnya....!!! Aahh..ahhh...ssttt...enak banget ardie...peli mu enak banget...mbak tika sayang ardi...mbak tika pingin ngembik terus sm ardi...pipis di dalam ya sayaang...racauan kakakku..., dengan nafas terengah..aku terus nusuk2 vagina Tika....geli...anget...dan kedutannya membuat aku melayang...!!!
Gantian dek...mbak tika di atas..., kamu duduk sandaran ya..., mbak tika duduk di pangkuanmu...!!! Ucapnya. Aku nurut saja...mbak tika lgsg megang penis dan memasukkan lagi ke dalam vaginanya..., uuhhh...uuhhhm...ahhaahh..enAk sayaang...jilatin terus pentil mb.tika..gigiti pentilnya...ucap kakak sambil terus goyangin maju mundur pantatnya...!!!
Tidak berapa lama.....kepalaku di tekan kuat ke dalam payudaranya....goyangannya makin tak terkendali...guncangannya makin liar..daaan....mbaaak mau pipissss ardii....mbak sampee.......mbakkkkk....ngembes tempeknya.....(Bersmaan itu aku mersakan cairan hangat nikmat luar biasa membanjiri penisku)...kedutan vagina kakakku menjepit kuat penisku...terasa nikmat luar biasa, seperti mau pipis tapi ga keluar pipisnya (Orgasme tanpa mengeluarkan sperma, karena belum Baligh)
Nafas mbak Tika dan aku terengah engah...mbak tika meluk erat tubuhku..nyium dahi pipi dan juga bibirku..., makasih ya sayang....makasih dah mbuat mbak pipis enak lagi...!!!
Sama sama mbak, ardie juga sayang...td ardie juga pipis rasanya..tapi ga terasa keluar pipisnya...tapi enak banget rasanya mbak....!!!
Hari Ketiga, siang hari...saat kakak ke 2 tidur sehabis sekolah..., Mb. Tika ngajak aku bangun dari kamar. Katanya mau di bersihkan mandi air hangat di kamar mandi.
Aku berjalan...dan masuk kamar mandi.., mb.tika masuk dan ngunci kamar mandi..., aaahh....ngembik lagi ini (pikirku). Buka bajunya sayang...pinta Tika. Iya mbak, jawabku..., mbak tika mo ngajak ngembik di kamar mandi ya...godaku.
Ahhh...km ini arr...tahu aja rencana kakak...jawabnya sambil jongkok nyiumi penisku.
Aku duduk di pinggir bak mandi..., ngocok2 penisku...,ahhhh....mbak....emutin mbak...emutin penisku...!!!
Pasti sayang....jawabnya, sambil masukkan penisku ke dalam mulutnya....lidahnya njilatin ujung penisku..., ooohhhhh.....gilaaaa....gak terbayangkan rasanya..., kurang lbh 5 mnt..Tika terus ngocok penisku di mulutnya...,!!!
Kemudian dia bangun dan nungging..tangannya pegangan bak mandi..., ardiii.....tusuk mbak dari belakang yaaa...., cepetan sayang...mbak ga tahan..pengEn banget.
Akupun turun...sambil berdiri aku masukkan penisku ke lubang vagina kakakku yang sudah aku ketahui d mana letaknya...., sleeeeepppp.....!!!! Ehhhhmmmm........ardi.....makin lama makin ga tahan pingin Ngembik dengan kamu....mbak tika terangsang terus....ocehan kakakku.

Aku terus sodook vagina Tika,,,sambil ngremas payudaranya dr belakang..., bokong Tika maju mundur ngikutin irama kocokan Penisku..., cairan vagina kakaku terasa banjir dan menghangatkan batang penisku..., pantat Tika makin liar...goyangan maju mundur..naik turun membuat penisku makin nikmat dlam jepitan Vaginanya..., aahhh...mbaak...vaginanya enak banget...angeeet lendirnya.....jepit terus mbak....ocehku. Makin lama aku makin paham dengan seksual...jika mbak tika sudah bergoyang gak karuan..akupun juga smkn kencang nyodokin penisnya ke vaginanya....!! Lebiiih kenceng sayaaang.....lebih dalaaam....lebih kuaaat lg....remas payudara mb.tika....pukul..pukul..pantat mbak tika...!! Pinta mb.tika. Akupun nglakuin smua permintaannya...daan....mbak tikaa keluaaarrr pipissssnya ardi......aaahhhhh....ahhhhhh....aaaahhh.....jerit nya dg nada pelaaan...!!! Tampak cairan bening keluar netees ngalir jatuh dari lubang vaginany...!!! Tapi aku masih blm merasakan pipis keluar dr penisku..., tanpa bicara aku terus genjot vaginanya....aku pegang pinggang Tika....ceplook..ceplook....(Suara adu pantat dg paha)....dan mbaaakkk....aku pipis juga kayakknya.....aahhh..arrrrgghhhh....!!!! Jeritku..!!! Aku merasakan ada penisku kedut2 d dalam vagina mb.tika...!!! Makin nikmat rasanya..dan anget...!!! Setelah sma puas...kakakku memandikan tubuhku dan mbuka pintu kamar mandi.

Setelah kejadian itu...aku dan mbak tika selalu melakukan kegiatan bersetubuh di berbagai tempat dan kesempatan.
Pada saat aku duduk kelas 1 SMP, aku mengalami mimpi basah..., aku cerita pada mb.tika kalo aku mimpi bercinta dg seseorang, dan ngompol d celana.

Kakakku menciumku....dan bilang...itu tandanya kamu sudah dewasa...dan bisa membuat mb.tika hamil kalo bersetubuh dengan mb.tika...ucapnya..sambil megang penisku. Setelah mb.tika suci (menstruasi) nanti kita coba buktikan ya ar..., mbak buat kamu keluar pipisnya kental,putih dan terasa makin nikmat.

Akupun di suruh membaca bukunya..ternyata buku Cerita Dewasa. Semua yang di ajarkan kakakku bersumber dari alur cerita di buku tersebut.
Setelah 5 hari, kakakku sudah suci dari menstruasinya..., sepulang sekolah kakakku bilang..., Ardi..mbak tika siap di Setubuhi lho nanti malam, kamu udah baca buku mbak tika blm??? Sudah mbak, ardi siap pipis di tempik mb. Tika.

Malamnya, mbak tika pura2 mbantuin aku ngerjakan PR d kamarku, Kakakku laki2 sering tidur di musholla sama temen2 sebayanya...Jadi mlm itu aku dan kakak belajar bareng di Kamar..!!!
Ketika kedua orang tuaku blm tidur, kami belajar sambil sesekali berciuman, ngremas..dan ngraba vagina mb.tika, peniskupun tak luput dari emutan emutan singkat kakakku, mbuat kepalaku pusing bergairah dan tidak konsentrasi belajar.

Lampu ruang TV sudah mati, pertanda kedua orang tuaku sudah tidur..., aaahhh...ini saatnya melakukan persetubuhan sedarah untuk pertama kalinya setelah Akil Baligh....bisikku dlm hati.

Deek...mbak tika siap di apain aja lho, nikmati tubuh mbak tika kapanpun ardie mau..!!! Ucapnya, IYa mbak...mlm ini aku mau pipis di mulut mbak tika...(Seperti kisah dalam buku cerita dewasa mbak tika). Boleh..boleh...silahkan pipis di mana aja kamu suka sayang..., jawab Tika sambil mulai menciumiku dan mbuka bajunya.

Akupun mulai mencium mulut mb.Tika..menghisap lidahnya..menggigit lembut bibirnya..., ciuman basah, liar, menggebu yang membuat kami sulit bernafas karena saling memuaskan nafsu bibir saat berciuman. Kali ini aku bener2 menguasai keadaan..(Hasil baca buku dewasa)...sambil terus cium bibir..aku mulai meremas remas payudara mb.tika...putingnya sudah tegang berdiri, daging susunya mengeras..., desahan nafas mb.Tika makin tidak karuan..tangan tika liar megang dan ngocok penisku...ehhhhmm...aaaahhh...kegiatan slg merangsang yang luar biasa liar.

Cerita Sex Perjalanan Wisata

Masih segar dalam ingatan, aku mengikuti tour jasa wisata umum di kotaku untuk
menuju ke pulau Bali. Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jawa
wisata tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan
nomor kursi yang telah ditetapkan. Peserta kebanyakan kaum muda yang sedang
lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar kantor.

Oh iya sebelumnya aku perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di kota
"Malang" dan,................
" Permisi, disini tempat duduk Nomor 6 B?", tanyaku pada seorang wanita yang
duduk disebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap terpasang dimatanya .
" Oh iya benar, mari silahkan", jawabnya seraya melepas kacamata serta
mengemasi barang-barangnya yang menempati tempat dudukku.

Aku menaksir dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar 165, cukup
tinggi tentunya, rambut hitam pekat kulit putih mulus serta memakai baju yang
cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna kontras dengan kulitnya yang
putih, alis matanya cukup tebal dan ,.......ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan
cup B seolah akan menyembul keluar, aku menarik nafas besar (ah kog aku sampai
berpikir ke situ ya,... gila). Aku duduk dengan sedikit basa-basi menanyakan sudah
berapa kali dia mengikuti acara seperti ini, dia jawab sering tetapi melalui biro jasa
ini masih sekali.

Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang kami masih asyik berbincang sambil
sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang tersebut, kubayangkan
seandanya dada tersebut dapat kuraih,..ahhhhh.... Gaya bicaranya yang lugas dan
tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk terus bercakap mulai masalah ringan
sampai masalah yang spesifik. Dia bernama Eni.

" En,... Sorry ya kamu udah married ya", tanyaku seenaknya.
" Lho kog nanyanya kesitu, emangnya kenapa sih Masa Ton",rengeknya manja.
"terus kalo aku udah merried kenapa dan kalo belum kenapa kog serius banget sih",
sambungnya sambil tersenyum.
" Eh enggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita akrab
aku takut ada yang marah" jawabku pura-pura bingung.
" Aku cerita ya nanti ganti kamu ya,,...", aku cuma mengangguk mendengarkan.
" Aku kawin muda 18 tahu karena kecelakaan ton, dan setelah anakku lahir suamiku
tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku bercerai dan melanjutkan
kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri dengan modal yang diberikan orang
tuaku, aku bergerak dibidang percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama
orangtuaku hanya sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah,... udah ah jangan
diterusin, aku kesini ini bukan untuk bagi cerita lho aku pengin santai abis kerja gitu
aja,... nah akupun juga demikian nggak pengin tahu kamu lebih jauh yang penting
saat ini kita satu bis bersama kan ,...." Jawabnya lugas.
" Iya deh sorry aku nggak nanya lagi", sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri
pandang kearah dada yang montok tersebut ( ah,... nakal juga aku rupanya).

Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, Kusodorkan jaketku melihat
dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang sedangkan dia memakai
pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan menutupkan pada bagain depan
dadanya eni kelihatan mulai mengantuk. Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan
bersandar dibahuku dan terasa hangat, dengan sedikit keberanian kujulurkan
tanganku untuk memeluknya, aku beruntung karena dia tidak menghindariku
bahkan semakin menempatkan diri dalam rengkuhanku. (ah,.. dia diam pikirku).

Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam tidurnya.
Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa isengku setelah menyadari
bahwa benda lunak didada Eni menempel pada kulitku, lunak dan lembut apalagi
pada waktu bis melewati jalan berliku dan bergelombang gesekan dadanya semakin
kuat terasa aku mulai merasakan ada yang bergerak didalam celanaku, semakin
keras dan keras. Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah
terlelap juga aku mulai mengadakan kegiatan gerilya dengan perlahan namun pasti
kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk kearah bawah ketiaknya,
kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang mulai tadi kuincar, ah,... kenyal dan
lembut, Eni menggeliat namun tetap diam, aksiku makin berani melihat kondisi ini,
kusingkap perlahan kaosnya dari bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan
berani kuraih payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH nya, kurasakan
ujung payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia
menggeliat terbangun sedikit mengerang dan berbisik ",... mas,.. kamu nakal,...
Jangan ah,.....", pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku
semakin menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan
wajahnya didadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus
payudaranya yang kenyal.

Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui perlahan dia
sentuhkan tangannya ke kemaluaku dan dia menatapku. " Aku,... Aku,....",... belum
sempat dia bicara kusorongkan bibirku dan disahutnya dengan mesra. Kilihat
sekelilingku masih tetap terlelap dan aku terus mengucek payudaranya sambil
mempermainkan pentil yang semakin mengeras tersebut. Aku semakin menjadi dan
merasa aman saja karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan
tangan Eni juga tidak diam dengan cekatan dan trampil tnapa konamdo dielusnya
penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan,... geli
cing,...

Waktu menunjukkan pukul 04.00 bis memasuki hotel di Bali, sesuai dengan kamar
yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu dia menurunkan
barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya.

Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilahkannya aku duduk dulu, tapi aku
sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang rampingnya, kusorongkan
bibirku dan diraihnya dengan ganas, aku dan dia saling melumat dan tanganku mulai
bergerak menagkap gumpalan didada, sambil berjalan kududukan dia di springbed
sambil kupeluk dan kuraba punggungnya sampailah pada pengait BH, kutarik
pengait nya dan lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia
menggeliat liar sambil mendesis, kancing T shirt yang dikenakan kutarik sampai
lepas dan dengan segera kulepas Tshirtmya aku terkagum, Kulihat pemandangan
yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka tergolek
indah, Seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat kemerahan
manantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia terpejam,
mulutku mulai menyusuri wajah turun keleher dan akhirnya menancap pada ujung
payudaranya,.... Kuhisap,..terus sambil tak henti-hentinya tanganku meraba pada
bagian lain.
" oh,..... Mas,.... Maaaaaaaasssssssss",.. erangnya.

Tanganku mulai turun kebawah, kubuka kancing celananya dan perlahan
kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat, dan mulai basah,.... Kuusap
dengan lembut dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk lebih lama
tinggal ditempat basah tersebut kumasukkan perlahan jari tanganku,... basah dan
semakin basah, dia semakin liar bergerak dan kulihat wajahnya memerah. Tanganku
berhenti pada benda kecil yang ada diantara bukit berbulu tersebut, dengan
lincahnya kuputar-putar benda kecil yang bernama klentit dan kudapatkan
memeknya semakin berair.
" Aku nggak tahan massssssss,...... ah,...aaaaaahhhhhh,... dipeluknya aku erat-erat
dan mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai dia
menurunkan seluruh kain yang menempel ditubuhnya, kini semuanya nyata, gadis
dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra diranjang. Dengan ada bagian hitam
legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.

Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan dengan
tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai terlentang dan dia
mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing bajuku, celanaku semuanya
terlepas tinggal celana dalamu saja, kami tersenyum dan dengan perlahan eni mulai
melakukan aksinya, disapnya dadaku, dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana
dalamku dari luar pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah
kedalam celana dalamku dan ,...BREEEETT ditariknya keluar batang kemaluanku
yang sudah tegak berdiri, ,.... WOOOOOW,... serunya berdesah, "Belum pernah aku
melihat benda yang seperti ini, kulirik kemaluaku dengan ujung yang membonggol
memerah dan berdenyut keras,.... " Ini punya manusia apa kuda ?,...... tanyanya
manja. "Punya manusia dengan ukuran kuda",... jawabku terpejam dan pada saat
itu pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut eni,..Memang kabarnya
sih (enggak GR lho , pada waktu luang aku mencoba mengukur kemaluanku
ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup segenggaman tangan
normal, dan kalu aku pakai celana dalam yang mini bila sedang ereksi maka kepala
kemaluanku akan menyembul dari celana dalam) diempotnya sampai pipinya
keluhatan cekung,... semangat sekali. Mataku terpejam merasakan nikmatnya.
Tanganku mengucek rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya merasakan geli
yang luar biasa. Tidak berhenti sampai disitu saja telor kemaluanku tidak luput dari
keganasan mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.

Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya
yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot kemaluanku semakin
memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan meraih kemaluan Eni kuucek
dengan jemari memelintir klentitnya dia mulai memuncak. Dipegangnya gagang
kemaluaku dan ditutunnya kedalam liang memeknya,........ dia mendudukiku,..........
" Sekarang ya maaaassssss aku nggak kuat,... hooooooooo,......." Erangnya.
Aku diam saja dan,...... Brreeeeeeesssssss ditekannya kuat-kuat memeknya
menutupi kemaluanku aku geli bukan kepalang,...Tapi kulirik masih kepala
kemaluanku saja yang tenggelam dalam memeknya, digoyangnya lagi memeknya
perlahan sesenti demi sesenti kemaluanku amblas dilahap memeknya. Dia menjerit
dan mengerang, begitu merasakan memeknya penuh dengan kemaluanku, sesak
rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak didalam memeknya. Kami diam sejenak
aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan berdenyut,... "
Aaaaaaaaahhhhhhhhhhhh" erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik
turun. Semakin lama semakain cepat disertai erangan manja yang membuat aku
tambah terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya gerak
kemaluanku mengucek kemaluannya. Dan,.......... Ooooohhhhhh,......dengan kuat
sekali dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris,.... Ampuuuuuuun aku
nggak kuat mau keluar Ton,.... Erangnya. Kurasakan semakin licin kemaluanku
mengocek kemaluannya. Dipeluknya aku erat-erat dan kurasakan adanya kuku yang
menancap di punggungku.

"Jangan gerak dulu Ton aku nggaaaaak kuat,.....", pintanya. Kudiamkan kemaluanku
tetap bersembunyi dimemeknya. Tak lama kemudian dia lemas dan terlentang,
kulihat kemaluanku masih tegak berdiri belum apa-apa dan siap menghujam.
Kuambil handuk dan kuusapkan pada memeknya yang basah. Setelah kering kucoba
memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku menjilatinya,.... Dan ajaib,
Eni mulai terangsang lagi,.... Eni menggeliat begitu lidahku mempermainkan
klentitnya,kugigit kecil dan kudengarkan suara teriakannya semakin menjadi.
Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles kelubangnya,... tercium bau segar
memeknya dan batang kemlauanku semakin mengeras memerah. Aku berdiri
dengan memegang batang kemaluan, kusibak rambut diseputar kemaluan Eni dan
kugesek-gesekan kepala kamaluanku menyodok klentitnya dia semakin menggila.
Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi, batang kemaluanku lebih
mudah menerobos memek eni yang sudah mulai membanjir itu.

Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke memeknya , Eni menggoyangkan
pantatnya mengimbangi, sembari tangannya menggapai punggungku dan sesekali
deseisan suaranya menambah rangsanaganku,.....
" Teruuuuuuuuuus,... Toooooooooon,.... Aaaaaaaahhhhhh,....
" Yaaaaaahhhhhhh,.............
" Ahhhhhhhhhhhhh,............
Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa
berkecipak suara beradunya memek dan kemaluanku,... Kepalaku mulai hangat dan
kemaluanku mulai meregang,.....
" Ennnnnn,...... aaahhhhhhh,...
" Apa Ton,.......
" Aku nggak kuat En,.... Mau keluar,......
" Aku sudah tiga kali Ton,...... Tapi sebentar Ton,.......

Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya menghisap
ujung kemaluanku,....dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan secara cepat
kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya dia berguman, aku
semakin geli dan geli Aaaaaaaahhhhhhh,... sesaat kemudian,.... Srrrreeeeeeetttttt,
kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan tidak disia-siakan oleh
mulut Eni,... dihisap dan hisap terus,... tak terasa mulut Eni penuh dengan
tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang sampai kepipinya, dia tersenyum,
dibersihkannya kemaluanku dengan mulutnya sambil terus diciumi tampa henti dan
pecah rasanya kepalaku menahan geli yang tidak terkira.

Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi tubuhku,..
dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku yang mulai
mengecil dan diciumnya kembali, aahhhh,... sudah dulu ah,...aku masih payah,..
pintaku manja.
"enggak kog aku cuma membersiin yang tadi saja, ini masih ada sisanya kog,..."
sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya., setelah bersih,.........
" Terima kasih ya Ton,.... Kamu hebat",...
Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos,... ah,... sama saja, aku belum pernah
merasakan hal yang heboh seperti ini,...

Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku tidak lepas-
lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja.
Sepulang dari wisata Bali petualangan sexku dengan Eni terus berlanjut sampai Eni
melangsungkan pernikahan. Sejak menikah kami tidak pernah lagi bertemu, karena
Eni sekarang tidak lagi ada di Kotaku.

Wanita Cantik Di Kereta Api

Hari minggu pagi dibulan februari 2010 aku menunggu kereta ekspress yang akan mengantarku kembali ke kota Y karena esok hari aku harus masuk kuliah lagi. Sebelumnya perkenalkan namaku didit berumur 22 tahun, menurut mantan – mantanku dan sahabat – sahabat cewekku aku ini orangnya berwajah menarik, supel, ramah, misterius, dan tinggi (sekitar 180cm) sehingga banyak yang tertarik denganku. aku mahasiswa semester atas di sebuah universitas ternama di kota Y. Aku berasal dari kota S, jadi bisa disimpulkan aku seorang perantau. Saat kereta mulai bergerak aku menyegerakan tidur karena badanku sudah lelah akibat begadang semalaman bersama teman – teman lamaku. Aku terbangun beberapa kali selama perjalanan yaitu saat pengen kencing (dikamar kecil aku sempat sedikit bingung karena kamar kecilnya tidak ada batang selotnya tapi akhirnya teratasi dengan diselipin pulpen) dan saat berhenti di beberapa stasiun besar untuk menaikkan penumpang. Saat itu seingatku di stasiun kota M naiklah pasutri muda dan anaknya yang masih balita. Aku terperangah karena sang suami tidak cakep dan cenderung jelek akan tetapi istrinya cantik berambut lurus panjang, tinggi sekitar 170cm (lebih tinggi suaminya sedikit). Tapi yang paling membuatku shock adalah meski tinggi tapi tubuhnya montok dengan payudara yang ukurannya lumayan besar, pantat yang sekal dan pinggang yang ramping bak biola spanyol.tubuh bagus itu terbungkus dengan celana panjang ketat dan kemeja agak ketat yang paduan warnanya bagus.

Sesaat setelah mereka duduk dibangku sebelah bangku yang aku tempati kereta mulai kembali berjalan dan sang suami dan anak langsung terlelap seperti aku tadi setelah perjalanan dilanjutkan kembali sekitar setengah jam. Karena sang istri tinggal sendirian, aku memberanikan diri menyapa dan mengajak ngobrol. Yah sekedar basa basi agar tidak boring selama perjalanan (kebiasaanku sejak aku SMA).

“mbak, mau kekota apa?” sambil tersenyum ramah aku menegurnya.

“mau ke ke kota Y karena mertua sakit dik. Adik sendiri?” jawabnya sambil tersenyum manis.

“oh, aku juga sama mbak tapi karena aku emang kuliah di kota Y. Oya nama mbak siapa? Kenalkan namaku didit” kuulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“aku ani dik, ini suamiku rudi dan anakku sandi” dia menyambut jabat tanganku sambil memperkenalkan suami dan anaknya.

Perbincanganpun mengalir dengan hangat selama kurang lebih 1 jam karena kelihaianku mengolah suasana. Kami juga sempat bercanda hingga dia tertawa terkikik karena lucunya. Menurutku mbak ani orangnya terbuka dan supel, buktinya dia tidak marah saat leluconku mulai menjurus kearah sex bahkan dia malah membalas dengan lelucon yang lebih menjurus. Selama ngobrol mataku sesekali melirik bongkahan dadanya yang terlihat sedikit dari celah kemejanya yang tanpa dia sadari 1 kancingnya terbuka di bagian dada persis. Mbak ani mulai salah tingkah dalam duduknya (dugaanku dia terangsang) saat menjawab pertanyaanku seputar tips menyenangkan wanita di ranjang. Dari pertanyaan – pertanyaanku mbak ani bukan tipe wanita yang suka tentang variasi seks seperti oral dan anal. Tapi dia sudah beberapa kali mencoba berbagai variasi gaya bersetubuh selama menikah 2 tahun ini.

Perbincangan terpaksa diputus dulu karena dia permisi ke kamar kecil. Niat isengku muncul mengingat selot kamar kecil itu. Beberapa saat setelah dia pergi, aku membuntuti kekamar kecil. Rupanya dia tidak sadar bahwa pintunya tidak terkunci dan hanya tertutup, buktinya dia dengan santai telanjang bagian bawah membelakangiku. Hal itu membuatku mulai terangsang, segera kubuka resleting celana dan cd lalu keluarin si boy dari sarang. Ukuran si boy emang biasa aja (panjang 15cm dan diameter 3,5cm) tapi lumayanlah. Kudekati mbak ani perlahan, saat tangan kirinyanya mau meraih celana dan cdnya kuberanikan diri memegang tangannya dengan tangan kiriku sedangkan tangan kananku membekap mulutnya. Dia sempat kaget tapi ketika mbak ani menoleh siapa dibelakangnya dia terdiam.

“mbak, jangan teriak ya kumohon. Aku hanya ingin diajari muasin cewek dalam sex..plis…” kataku sambil menampakkan wajah memelas.

Awal mulanya dia hanya menggelengkan kepala dan tetap memberontak. Aku bisa membuat mataku sendiri berkaca – kaca seperti mau menangis, kulakukan itu sambil terus memohon dan pura – pura terisak. Akhirnya dia luluh dan menganggukkan kepala lemah. Kulepaskan tanganku, ”kena kau” batinku.

“didit udah pernah ciuman?” tanyanya.

“sudah mbak,kenapa mbak?” balasku dengan wajah polos.

“coba cium aku dit” perintahnya.

aku mulai memeluknya dan menciunmya, pada awalnya biasa saja lalu lidahku berusaha menyeruak kedalam mulutnya dan ternyata dia membalas dengan lebih agresif. Akhirnya kupakai teknik back door yang memanfaatkan lidahku yang panjang hingga aku bisa mengimbanginya.

“ciuman didit mantap juga ya” aku hanya tersenyum pura – pura malu.

“sekarang coba rangsang aku dit semampumu tapi hanya sebatas sampai leher saja”

dalam hati aku bersorak.

Aku mulai menciumnya lagi lalu menggerayangi dan menciumi bagian belakang telinga dan menjilati telinganya. “Aaahhg…sssttt…eeeenggghh…” desahnya saat kulakuin itu,ciumanku mulai turun ke leher. Kujilat dan kucium leher putihnya, harum parfumnya membuatku bersemangat. “Uuuugghh….aaaahhhh….eeemmghh….sssstttt… dit enak dit… terus dit… aaaaaahhh…eeeeennnggghh… dit jangan ada bekasnya…” bisiknya. Aku sadar bahwa mbak ani takut ketahuan suaminya. Kucoba menelusupkan tanganku kedalam bajunya saat kedua tangannya terangkat memeluk leherku. Terlambat buat mbak ani untuk merespon karena kedua tanganku sudah masuk kedalam baju dan meremas – remas payudaranya dari luar BH. Yang bisa dia lakukan hanyalah mengerang dan mendesah karena kuserang leher dan kedua payudaranya secara bersamaan.

“didit…aaaaahhhhgg…kamu nakal…ssssttt….eeeennggghh…” rancaunya tapi tanpa penolakan karena rangsangan yang mbak ani alami begitu kuat. Secara mendadak kuangkat bajunya sebatas leher hingga mempertontonkan 2 bongkah gunung kembar dibungkus BH kuning menyala. Beruntungnya aku karena kancing Bhnya ada di depan. Sekilas kulihat ukurannya 36C (besar cuy…), seketika itu pula kubuka kancin bhnya dan terpampanglah payudaranya tanpa penutup apapun. Langsung aku kenyot putting kanannya dan kupilin – pilin putting kirinya. “Aaaaaaahhhh…eeeemmnggh…dit…kamu apakan putingku…uuggghh…” erangnya sambil bersandar di dinding. “Geli dit…aaaaaggghh…dit…cukup…ssstt…dit…enak banget…mmmnngghh..melayang aku rasanya…aaahhh…” rancaunya makin keras.

Karena takut ada yang mendengar langsung aku cium lagi mbak ani dengan ganas sambil tangan kananku meremas payudara kanannya dan tangan kiriku mengocok kemaluannya yang ternyata sudah banjir. “mmmpphh…nnnggghh…ssslllurrpp…” yang keluar dari mulutnya yang sedang kuajak french kiss lagi. Kedua tangannya tidak berdaya karena terjepit punggungnya sendiri sedang tubuh mbak ani terjepit antara tubuhku dan dinding. Tapi tubuhnya semakin menggelinjang kuperlakuin seperti itu. Tidak lama kemudian kemaluan mbak ani makin lembab, disini aku lagi – lagi memasang perangkap. Kuhentikan semua cumbuanku hingga mbak ani termangu.

“lho dit kok berhenti?! Jangan dong..lanjutin ya dit..aku jadi ngambang dan aneh nih rasanya..lanjutin dong ampe mbak keluar..” pintanya.

“ya mbak..tapi sekarang boleh ya aku masukin si boy? Dari tadi berdiri ampe sakit nih” rayuku.

“jangan dit, aku sudah bersuami…” tolaknya.

“cuma digesek – gesekin aja deh mbak enggak papa ampe aku juga keluar biar sama – sama enak. Boleh ya mbak? Plis……” rengekku sambil mulai kembali membelai – belai payudaranya dan tanganku satunya mengelus – elus si boy yang sedari tadi menganguk – angguk karena sudah tegang.

Mendapat serangan psikologis seperti itu terus menerus akhirnya dia luluh.

“cuma digesek – gesek aja ya ga lebih…” pintanya sambil kududukkan dia ke kloset.

“makasih ya mbak ani sayang” ucapku dan kukecup singkat bibirnya sambil ku posisikan tubuhku sedemikian rupa hingga penisku terhimpit diantara pangkal pahanya persis di mulut vaginanya (bayangin aja duduk berhadapan dan aku terlihat seperti memangku mbak ani dan kakinya memeluk pinggangku sedang tubuh kami seperti berpelukan).

Aku mulai menggoyang pantatku sehinnga kemaluan kami bergesekan. Hal ini membuat kami sama – sama merasakan nikmat. Tak lupa kami tetap berciuman dan saling meraba. Saat kembali kuserbu lehernya, mbak ani mulai mendesah dan merancau lagi. Desahannya makin sering saat kumulai menggesek dengan cepat. Hal ini membuatku semakin terangsang dan ingin segera memasukkan penisku kedalam hangatnya liang vaginanya.

Saat asyik saling menggesek hingga kurasakan cairan vaginanya makin membanjiri penisku, tanpa mbak ani sadari kumasukkan penisku secara mendadak dan cepat hingga mentok. Ugh meski sudah pernah melahirkan tapi vaginanya masih ketat menjepit penisku. Kelihatannya leher rahimnya dangkal, buktinya pangkal penisku masih diluar sekitar 1-2cm saat kurasakan ujung penisku membentur bagian terdalam vaginanya. “aaaaauuuuhhh….dit kok dimasukin??!! cabut dit!! aku udah bersuami!!” perintahnya tapi tak ku gubris dan malah melanjutkan menggonyang pantatku sehingga penisku mulai bergerak menikmati jepitan kuat, hangat dan lembab vaginanya sambil menciumnya agar tidak bisa berteriak. Posisiku yang sedikit menindih mbak ani membuatnya tidak bisa berkutik. Pada awalnya mbak ani terus meronta, tapi karena kondisinya yang mendekati orgasme saat kumasukkan penisku membuat mbak ani akhirnya menyerah dan malah menikmati goyanganku.

Kugoyang pantatku dengan semangat dengan beberapa variasi goyangan. Kadang maju mundur, kadang kiri kanan, kadang memutar. Hal ini membuatnya semakin melayang. “auuuhh…dit..kamu apakan vaginaku?? enak banget… eeemmmggghhh…sssttt…dit…aku udah ga tahan… aaaahhh…aku ingin keluar…” rintihnya kira – kira 15 menit setelah kemasukan penis. “keluarin saja mbak ani sayang…enggghh..vagina mbak enak sekali..” pujiku sambil mempercepat goyanganku. “Dit…aku keluar sayang!!! aaahhhh..enggghh… ssssttt..uuunngghh..” lenguhnya menikmati orgasme panjang yang dirasakan. Suuurrr….Suuuurrrr.. penisku merasakan siraman air surganya. “dit..nikmat sekali sayang…makasih ya..aku baru kali ini merasakan orgasme karena bersetubuh..suamiku hanya peduli diri sendiri..kamu belum keluar ya??” ucapnya sambil kembali menciumku. “sebentar lagi mbak… masih boleh kan kugoyang??” tanyaku. “boleh dong sayang…kamu sudah membuatku melayang…sekarang nikmati tubuhku semaumu…tapi sekarang kamu yang duduk ya dit…” katanya sambil berganti posisi. Mbak ani sekarang duduk dipangkuanku berhadapan.

“sekarang biar mbak yang puasin kamu sayang… didit haus ga??? mau minum susu??” tanyanya sambil menyodorkan payudaranya untuk kukenyot lagi sembari mulai menggoyang pantatnya maju mundur. Ternyata mbak ani membalas perlakuanku kepadanya yaitu dengan kardang merubah arah goyangan pantatnya. Aku hanya menikmati itu semua sambil menjilati dan ku kenyot payudaranya serta mendesah sesekali di telinganya. Hal ini membuat mbak ani makin bersemangat dan kembali terangsang. “Aaaahhh…dit….penismu enak sekali..uunggghh…eemmmhhhgg…”rancaunya. “vagina mbak juga enak…ssssttt…. aahh…mbak..enak mbak… bentar lagi…” rintihku yang disambut makin menggilanya goyangan mbak ani.

Tak lama kemudian aku yang hampir mencapai puncak merasakan bahwa mbak ani juga merasakan yang sama karena vaginanya makin ketat menjepit penisku dan rintihannya makin sering dan merangsang. “ dit…aku ingin keluar lagi…enak banget dit…aaahhh…sssttt..” baru saja mbak ani berkata seperti itu aku sudah tidak tahan ingin orgasme. “mbak aku keluar!!! aaaahhh…..eeengggghh…ssstttt…uuungggghh…” lenguhku mengiringi muncratnya spermaku kedalam rahimnya. Merasakan semburan lahar panasku membuat mbak ani juga orgasme. “aaahhh… dit!!!! aku keluar sayang!!!” segera saja kami kembali berciuman dengan rakus sambil menikmati orgasme berpelukan.

Selama beberapa saat kami terus berciuman hingga akhirnya melepaskan pagutan mesra kami. Mbak ani berbisik “terima kasih ya sayang…didit sudah membuatku menikmati surga dunia yang belum pernah kurasakan.” “mbak ga takut hamil karena aku keluar didalam???” tanyaku ragu. “tenang saja…aku sedang tidak subur…” ucapnya tersenyum dan menciumku singkat. Lega rasanya mendengar hal itu hingga akupun tersenyum dan membalas dengan meremas gemas payudaranya sejenak. Kami cepat cepat merapikan pakaian dan keluar dari kamar mandi bergantian lalu duduk kembali di kursi masing – masing. Suami dan anaknya masih tertidur pulas padahal saat itu kulihat sudah memasuki kota Y. Kami saling berpandangan dan tersenyum. Mbak ani kemudian memberikan nomer handphonenya kepadaku dan berkata “kapan – kapan lagi ya” sambil mengedipkan mata. Kujawab dengan senyuman dan kami berpisah di stasiun kota Y. Benar – benar beruntung aku bisa menikmati tubuh semantap itu.

Ini adalah cerita pertamaku meski bukan pengalaman pertamaku jadi mohon maaf jika kurang seru atau apalah. Lain kali kusambung dengan cerita pengalamanku bersama mantan – mantanku atau sahabat – sahabatku atau adik – adik kelasku atau yang lain. Kita lihat saja ntar aku mood nulis yang mana.hehehe…

Cerita Sex Diperkosa Teman Suami

Written By Kembang Perawan on Kamis, 29 Januari 2015 | 11.50

Aku berasal dari kota S. Pendidikanku cukup baik, aku selalu berhasil dengan baik dalam tiap pelajaran, bahkan aku dapat lulus dari perguruan tinggi dengan IP yang sangat baik. Tetapi itu semua tidak menjamin kebahagiaan, aku dididik dengan pendidikan yang kolot, serius, sehingga aku cenderung menjadi orang yang kuper dan pendiam. Namun itu tidak menyulitkanku dalam hal perjodohan, karena banyak orang mengatakan bahwa aku cantik, dan memiliki mata yang bundar, aku tidak terlalu memahami apa yang mereka katakan, namun kebanyakan pria yang mendekatiku mengatakan hal serupa.

Karena itulah dalam usia yang relatif muda, 21 tahun aku berhasil menemukan jodoh yang baik, dia cukup kaya dan orangnya pengertian walaupun usianya jauh lebih tua dari aku, 31 tahun, maklum karena aku selama ini dibesarkan dengan didikan orang tua yang otoriter sehingga suamiku juga cukup selektif karena Mama hanya memperbolehkan orang yang qualified menurutnya untuk apel ke rumahku, bila pria yang apel ke rumahku berkesan norak dan hanya membawa kendaraan roda dua, jangan harap Mama akan mengijinkannya untuk apel lagi.

Selama beberapa tahun, hubungan kami baik-baik saja, kami dikaruniai dua orang anak, dan kami sangat berkecukupan di bidang materi. Namun kadang-kadang tidak semuanya berjalan lancar, ternyata suamiku tidak bisa lagi memberi nafkah batin kepadaku, ternyata dia mengalami problem impotensi, karena overworking. Tetapi saya tetap mencintainya karena dia jauh dari perselingkuhan dan dia sangat perhatian kepadaku.

Walaupun dia sudah tidak dapat lagi memberiku kepuasan, namun saya tetap menahan diri dan mencoba untuk tidak berselingkuh. Semuanya berjalan dengan baik sampai akhirnya datang Roni. Dia adalah rekan bisnis suamiku sejak lama, namun aku baru sekian lama dapat berjumpa dengannya, dia seusia suamiku, menurutnya dia dan suamiku berpartner sejak mulai bekerja, kami kemudian menjadi dekat karena dia orangnya humoris.

Dasar laki-laki tampaknya dia cukup tanggap dengan keadaan suamiku yang tidak mampu lagi memuaskan diriku sehingga akhirnya dia akan membawaku ke jurang kehancuran, aku dapat merasakan matanya yang jalang bila melihatku, terus terang saja aku merasa risih namun ada sensasi birahi dalam diriku bila dipandang seperti itu, aku tidak tahu mengapa, mungkin karena aku tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu, walaupun ketika masih mojang aku mempunyai banyak kenalan pria.

Suatu saat dia menelepon dari hotelnya, dia menyuruhku menjemput suamiku yang katanya minum-minum sampai mabuk, aku ingat waktu itu masih pagi betul, memang suamiku kadang lembur sampai malam sekali, sehingga aku tidak tahu kapan dia pulang. Betapa bodohnya aku, aku menyadari suamiku tidak pernah minum alkohol, entah mengapa ajakan Roni seperti hipnotis sehingga aku tidak curiga sama sekali.

Akhirnya aku sampai di hotel GS tempat Roni menginap, aku memasuki kamarnya dan dengan muka tak berdosa dia memaksaku untuk masuk, tanpa curiga aku cepat-cepat masuk dan mencari suamiku, namun ketika aku sadar dia tidak ada tiba-tiba mulutku dibekap dari belakang, napasku sesak sampai aku pingsan, entah apa yang terjadi selanjutnya, aku merasa ada kegelian di dadaku, seseorang mengelus-elus dan meremas-remas bagian dadaku. Pelan-pelan aku terbangun, kulihat Roni sedang memainkan payudaraku. Oh, betapa terkejutnya aku, apalagi mendapati diriku terebah di tempat tidur dengan hanya baju atasan yang sudah terbuka dan BH-ku yang sudah dibuka paksa. Aku menyuruhnya melepaskanku kudorong dorong badannya tetapi dia tak bergeming.

Dia memegangi kedua tanganku dan menekuk kedua lenganku dan menaruhnya di samping kepalaku, sehingga aku praktis tidak bisa apa-apa, genggamannya terlalu kuat, dia tertawa kecil dan menciumi kedua puting payudaraku, aku menolak tapi entah kenapa aku merasa risih birahi. Kemudian dia memasukkan penisnya ke bagian kemaluanku, aku meringis-ringis dan berteriak, rasanya sakit sekali.

Tetapi aku sepertinya justru menginginkannya, di tengah pergumulan itu aku menyadari bahwa penis suamiku sebenarnya terlalu kecil, aku pelan-pelan merasakan kenikmatan, dasar lelaki tampaknya Roni sangat pintar mengambil kesimpulan, aku pasrah pada kemauannya, ketika dia membalikkan badanku sampai seperti merangkak, dia sangat agresif, tetapi aku dapat mengimbanginya karena sudah lama aku tidak merasakan ini. Dia kembali menusukkan penisnya di kemaluanku dan meremas-remas payudaraku. Ahh, memang aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang bahkan suamiku sendiri tidak pernah memberikannya. Kemudian merasa tidak puas dengan baju bagian atasku yang masih menempel, dia melepaskannya, sambil kemudian membuat posisiku seperti duduk dipangku olehnya.

Seperti kesetanan aku secara otomatis mengikuti irama kemauannya, ketika kedua tangannya memegang perutku dan menggerakkannya naik turun aku secara otomatis mempercepat dan memperlambat gerakanku secara teratur, dia tersenyum penuh kemenangan, merasa dia telah membuat ramalan yang jitu. Kurasakan dia kembali meremas-remas dadaku ketika dia merasa aku dapat mengambil inisiatif. Sungguh seperti binatang saja aku, melakukan hal semacam itu di pagi hari, di mana seharusnya aku ada di rumah mempersiapkan sarapan dan mengurus anak-anakku. Sempat kurasakan tiada selembar benangpun menempel di tubuhku kecuali celana jinsku di sebelah kanan yang belum terlepas seluruhnya, tampaknya Roni tidak sempat melepasnya karena terlalu terburu nafsu.

Akhirnya dia menyuruhku mengambil posisi telentang lagi dan dia mengangkat dua kakiku direntangkannya kedua kakiku ke arah wajahnya dan dia mulai memainkan penisnya lagi, dan kurasa dia sangat menaruh hati kepada payudaraku, karena kemudian dia mengomentari payudaraku, menurutnya keduanya indah bagaikan mangkuk. Hmm, aku sungguh menikmatinya karena suamiku sendiri tidak pernah memberi perlakuan spesial pada kedua payudaraku ini, paling dia hanya meremas-remasnya. Tetapi apa yang dilakukan Roni benar-benar sungguh mengejutkan dan memuaskan diriku, dia menghisap putingku dan memainkannya seperti dot bayi. Hanya sebentar rasanya aku mengalami orgasme, aku merasa lelah sekali dan kehabisan nafas sampai akhirnya dia juga sampai ke situ.

Setelah itu aku merasa sangat marah dan menyesal kudorong Roni yang masih mencoba mencumbuku, kumaki dia habis-habisan. Tampaknya dia juga menyesal, dia tidak dapat berkata apa-apa. Roni kemudian hanya duduk saja sementara aku sambil menangis memakai kembali seluruh pakaianku. Aku mencoba menenangkan diri, sampai kemudian Roni mengancamku untuk tidak mengatakan hal ini kepada suamiku, dia kembali menekankan bahwa bisnis suamiku ada di tangannya karena dia adalah pembeli mayoritas sarang burung walet suamiku. Aku membenarkannya karena suamiku pernah berkata bahwa Roni adalah koneksinya yang paling penting. Aku bingung olehnya, baru-baru ini ketika dia pulang ke kotaku, dia kembali memaksaku melakukan lagi hal serupa, bahkan dia pernah berkata bahwa suamiku sudah menyerahkan diriku padanya karena dia merasa tidak mampu lagi memuaskan diriku.

Kapankah ini akan berakhir, dunia ini sungguh kejam.

Sumur Tua Pembawa Nikmat

Saya "aidit" kembali akan lanjutkan cerita saya sebelumnya yang berjudul "Keberuntungan di Balik Belajar Bersama", karena banyaknya teman-teman yang tertarik dan menanyakan mengenai kelanjutan hubungan saya dengan si "Sari". Kali ini, saya beri judul "KEBERUNTUNGAN MANDI SUBUH DI SUMUR TUA".

Berhubung Karena banyaknya teman-teman yang penasaran ingin mengetahui hubungan saya dengan Sari lebih jauh setelah peristiwa di di atas selembar papan pada malam itu, maka demi mengobati rasa penasaran teman-teman, tak ada salahnya saya ceritakan, sebab memang hubungan saya dengan Sari tidak berakhir sampai di situ, melainkan justru meningkat. Entah berapa kali saya berusaha untuk melakukan hubungan badan dengan Sari, namun selalu gagal.

Saya dan si Sari sudah saling memahami dan satu rahasia. Karenanya, selaku manusia normal yang masih muda tentu saja tidak aneh jika kami memiliki keinginan untuk mengulangi peristiwa dahsyat yang luar biasa kenikmatannya itu. Kecenderungan seperti itu adalah fitrah bagi setiap manusai, di mana selalu ingin merasakan kembali suatu kenikmatan yang telah dialaminya, meskipun kesannya tentu jauh berbeda dengan yang pertama kali.

Singkat cerita, sekitar 4 hari dari kejadian yang pertama itu, kami kembali sepakat sewaktu berjalan bersama pada saat kami pulang dari sekolah untuk bangun lebih pagi lagi dan kami sepakat ketemu di sumur jam 4.00 wita (subuh). Namun, Sari nampaknya tepat waktu, ia tiba di sumur tua di tengah-tengah sawah yang pernah saya sebutkan dalam episod cerita saya yang lalu, sementara saya tiba di sumur itu jam 4.30 subuh hari itu karena agak terlambat bangunnya. Maklum saya tidur larut malam setelah tukar pikiran di pos ronda bersama para tukan ronda di kampung saya malam itu.

Awalnya Sari memang agak kesal menunggu lama, bahkan ia telah selesai mandi, namun masih mencuci beberapa lembar pakaiannya yang sebenarnya belum terlalu kotor dan tidak direncanakan akan dicuci, tapi hanya sekedar alasan kalau-kalau ada warga yang kebetulan mendapatinya sedang menunggu di sumur itu. Tentu saja sebelum ia mengeluarkan kata-kata kesalnya, saya segera mengucapkan permintaan maaf atas keterlambatan saya. "Mengucapkan maaf itu memang mudah, tapi saya ini selain kedinginan juga malu kalau-kalau ada orang lain melihat saya sendirian di sumur pada subuh hari" katanya setelah saya minta maaf padanya.

Untuk mengobati kekesalannya Sari itu, tanpa aba-aba saya langsung memeluknya dan mengecup sedikit pipinya, dalam hati saya biar ia merasa lebih hangat. Saya tentu lebih berani melakukan hal itu, karena saya sudah yakin ia pasti senang dan tidak bakal menolak sebab kami telah melakukan di rumahnya lebih dari sekedar memeluk tubuhnya yang langsing itu. Ia pun pasrah tanpa reaksi apa-apa merasakan hangatnya pelukan saya itu, mungkin dia masih agak malu-malu membalas pelukanku, maklum sikap seperti itu sudah merupakan fitrah bagi setiap wanita, apalagi dia masih gadis. Pelukan saya itu tidak berlangsung lama karena dia nampaknya agak minder, sehingga tidak berani memberikan reaksi yang sama.

Setelah saya lepaskan pelukan itu, dia pun beranjak duduk di pebukitan pinggir sumur dan saya segera menuju sumur buat mandi dan langsung melepas semua pakaian saya tanpa selembarpun tersisa di badan saya, lalu menyiramkan air ke seluruh tubuh saya tanpa peduli bahwa secara diam-diam si Sari terus memperhatikanku. Sikap Sari itu sebenarnya saya sadari, tapi saya pura-pura tidak memperhatikannya dan membiarkan saja menikmati pemandangan yang ada pada tubuhku, lagi pula kan kami sudah saling mencintai dan tidak mustahil juga dia merindukan untuk kembali menikmati peristiwa di atas selembar papan di rumahnya itu.

Ketika saya sedang mandi, nampaknya diam-diam ia memperhatikanku, maka saya sengaja menggocok-gocok penis saya dengan sabun agak lama tanpa menoleh sedikitpun padanya, biar ia puas memandanginya tanpa perasaan malu dari saya. Saking asiknya dia memandangi alat vitalku yang saya gocok terus itu, sehingga tanpa kami sadari ternyata di belakang Sari ada wanita setengah baya berdiri memperhatikan sikap kami berdua sejak tadi, bahkan ikut menyaksikan dan menikmati tontonan menarik yang saya peragakan di tepi sumur itu. Ternyata yang berdiri itu adalah mamanya Sari (tak perlu saya sebutkan namanya) yang menysul anak pertamanya itu ke sumur karena takut terjadi apa-apa pada diri Sari, apalagi baru kali ini Sari terlalu pagi ke sumur dan agak kelamaan pulangnya, sehingga tentu saja sebagai orang tua yang menyayangi anaknya ia segera saja menyusulnya.

Belakangan baru saya ketahui bahwa mamanya Sari itu belum pernah menyaksikan secara jelas sebelumnya pemandangan seperti yang saya peragakan di pinggir sumur itu, bukan hanya aksi saya tapi juga barang berharga yang tergantung di selangkangan saya, sebab ternyata setiap ia bersetubuh dengan suaminya selalu dalam keadaan tertutup pakaian tanpa ada rangsangan pendahuluan, dan itupun dilakukannya rata-rata pada tengah malam setelah anak-anaknya diyakini pada tidur nyenyak semua.

Ketika saya sadar bahwa mamanya Sari sejak tadi berdiri menyaksikan sikap kami, saya segera meraih sarung yang letaknya tidak jauh dari tempat saya berdiri, lalu segera membalutkan ke tubuh saya yang bugil itu, dan berusaha secepatnya pergi meninggalkan Sari yang berdiri bersama mamanya kl. 2 meter dari pinggir sumur itu. Saya sama sekali tidak mampu mengeluarkan suara sedikitpun, mulut saya tiba-tiba seolah terkunci dan demikian pula halnya si Sari yang hanya berdiri agak gemetaran di samping mamanya itu.. Ia tak mampu melangkahkan kaki, apalagi berbicara.

Ketika saya bergegas pulang dan melangkah kl.7 m dari tempat Sari dan mamanya berdiri, tiba-tiba "Aidit..., koe jolo iko...! (sini dulu kamu..!)" demikian bentakan mama si Sari pada saya dalam bahasa daerah kami. Suaranya lantang, keras dan runcing sekali membuatku tersentak dan takut sekali jika ia marah dan melaporkan kejadian ini pada suaminya, orang tuaku, warga kampung dan..pokoknya rasa takutku luar biasa pada waktu itu melebihi rasa takutku pada orang tuaku sendiri ketika beliau marah padaku. Suaranya keras bagaikan petir dan seteron yang menyengat sekujur tubuhku. Mukanya merah kehitaman seperti orang habis dipukul dan ingin balas dendam.

Tanpa suara sedikitpun, saya pelan-pelan mendekatinya dan pasrah menerima segala hukuman yang akan dijatuhkan atas sikap kami berdua tadi, yang kurang senono menurut pandangan masyarakat di kampungku. "Tongentongeng pada ikotu massifa olok-oloko, asu..! (Kalian ini betul-betul bersifat binatang, anjing..!)". Kata ibunya sari lebih lanjut setelah saya berada sekitar 2 m di depannya sambil menunjuk muka saya. "Addampengakka puang, tappasalaka kasi, (maafkan kami bu, kami khilaf). Begitulah kata-kata saya di depannya dengan bahasa daerah yang sama sambil sedikit berbungkuk sebagai tanda kesopanan dan penghargaan saya padanya.

"Maupe'ko tu ia bawang mitako, tania tau laingnge, magani kira-kira nakko engka tau lain mitako atau missengngi gaunu nye, apalagi bafa'nu, naulle kafang nauno manekko" peringatannya lebih lanjut seolah menasehatiku. Maksudnya bahwa "untung hanya saya yang melihatmu atau mengetahuimu, tidak ada orang lain, kira-kira apa jadinya jika ada orang lain yang melihat dan mengetahuimu, apalagi bapakmu, mungkin ia membunuh kalian". Suara dan warna mukanya mulai sedikit normal. Setelah itu, saya disuruh pulang dengan cepat agar saya tidak terlambat ke sekolah, apalagi sudah mulai berdatangan warga untuk ambil air di sumur itu yang menunjukkan bahwa hari sudah mulai siang, nampak pula matahari di ufuk Timur memancarkan sinarnya. Saya sedikit lega karena kemarahan mamanya sari agak menurun, bahkan nampaknya ia dapat merahasiakannya dan tidak memberi ancaman hukuman apa-apa pada kami. Sayapun segera berlari pulang hingga sampai di rumah, sedang sari berjalan bersama mamanya.

"Dit.., kenapa kamu terlambat pulang dari sumur nak, cepat-cepatlah, nanti kamu terlambat di sekolah, sehingga kamu dimarahi oleh gurumu)". Hanya itulah kata-kata mamaku dari dapur setelah saya tiba di rumah dengan menggunakan bahasa daerah. "Terlalu banyak orang mau ambil air di sumur, sehingga terpaksa kita antri" hanya itu jawaban saya pada mamaku sedikit berbohong. Lalu tanpa sempat sarapan pagi, saya langsung meraih buku pelajaranku dan segera pamit meninggalkan rumah sambil sedikit berlari tanpa menunggu lagi sari, agar aku tidak terlalu ketinggalan mengikuti materi pelajaran jam pertama di sekolah.

Sesampai di sekolah, sayapun langsung masuk ke kelasku dan duduk di tempat yang biasanya saya duduki karena memang sedang kosong. "Kenapa kamu terlambat, dari pasar lagi yeah?" tanya ketua kelasku yang kebetulan duduk berdampingan denganku. Mendengar pertanyaan temanku itu, saya lalu menjawab dengan sedikit berbohong "Yah, tapi kan belum juga kita belajar". Kebetulan saya dengan ketua kelasku sangat akrab, sehingga ia tak tega melaporkan hal ini pada guru, apalagi dia pun juga sering terlambat jika hari pasar. Kebetulan jarak antara sekolah kami dengan pasar kecamatan hanya sekitar 100 m. Mendengar ucapan saya itu, spontan terdengar suara tawa dari beberapa teman yang duduk di sekitarku. Ternyata saya yang ditertawakan karena baru saya tahu kalau pelajaran pertama hari itu baru saja selesai sekitar 3 m yang lalu setelah ketua kelasku menunjukkan jam tangan yang dikenakannya, ternyata sudah jam 9.00.Mereka semua pada menunggu guru yang akan mengajar pada jam kedua.

Untung keterlambatanku tidak ada yang berani melaporkannya pada kepala sekolah atau pada guru lainnya, apalagi antara saya dengan ketua kelas sudah saling pengertian, boleh dikata satu rahasia. Walaupun saya dengan tenang mengikuti materi-materi pelajaran pada hari itu hingga akhir pelajaran, namun pikiran saya tak pernah terkonsentrasi pada materi, melainkan pikiran saya selalu tertuju pada peristiwa di sumur tadi pagi. Yang selalu menghantui saya adalah apakah perbuatan saya dengan sari tadi tidak akan diketahui orang lain kecuali mamanya si sari saja? akankah hal ini tidak sampai dilaporkan dan diketahui bapaknya sari? dan apakah sari masih mau dan masih dibiarkan jalan bersama dengan saya seperti pada hari-hari sebelumnya? Hanya itulah yang selalu membayangi pikiranku dalam perjalanan pulang dari sekolah.

Hari itu saya berjalan sendirian pulang dan tidak berusaha menunggu si sari dari sekolahnya seperti pada hari-hari sebelumnya, sebab mungkin ia malu ketemu saya setelah ia dimarahi oleh mamanya di depan saya ketika di sumur itu atau dilarang oleh mamanya pergi ke sekolah, apalagi ketemu dan berjalan bersama dengan saya, serta berbagai macam dugaan pertanyaan yang muncul di pikiran saya mengenai keadaan Sari setelah kejadian tadi subuh itu di sumur. Hingga saya tiba di rumah, pikiran saya tidak pernah konsentrasi pada pelajaran di sekolah, keadaan di perjalanan dan makanan yang ada di rumah, bahkan selera makanku tiba-tiba berkurang setelah sebelumnya saya selalu makan dengan nikmat sekali akibat jauhnya perjalanan yang saya tempuh pulang balik antara rumah dan sekolah saya.

Sudah 3 hari setelah kejadian itu saya tidak ketemu sari, hingga pada hari keempat dari kejadian itu, saya penasaran ingin ketemu sari untuk menanyakan keadaan dirinya yang sebenarnya setelah kejadian itu, sehingga saya coba bangun agak lebih awal dari biasanya agar bisa saya ketemu di sumur seperti biasanya siapa tahu dia selalu ke sumur lebih pagi. Pagi itu, saya tiba di sumur itu kurang 3 m jam 4.00 subuh menunggu kedatangan sari. Tapi hingga jam 4.15 m ia belum juga datang. Dalam hati saya mungkin ia selalu datang ke sumur agak terlambat dari biasanya. Karena itu, walaupun saya selesai mandi, namun saya berniat mencoba menunggunya sampai jam 4.30, jika ia tidak datang juga, saya harus pulang biar besoknya lagi saya coba ke sumur agak terlambat lagi, siapa tahu bisa ketemu.

Baru saja saya mau duduk di pebukitan di sekitar sumur itu untuk menunggu datangnya sari, tiba-tiba terdengar suara tidak jauh dari belakangku "kamu aidit, apa yang kamu tunggu di situ, kamu tunggu lagi sari yah, kamu mau peraktekkan lagi, betul-betul kamu tidak kapok yah". Kagetnya aku bukan main setelah mendengar suara itu dengan bahasa daerah tulen, ternyata datangnya dari mamanya sari. Belum saya sempat bicara dan menjawab pertanyaan mamanya sari itu, tiba-tiba ia memegang bahu kiriku dan menyatakan (semua kata-kata yang diucapkan mamanya Sari selalu dengan bahasa daerah Bugis, tapi saya tak perlu mengutip semuanya dalam cerita ini). "Sejak saya ketahui perbuatanmu dengan sari waktu itu, saya melarang lagi sari bertemu denganmu, apalagi bergaul/bersamamu, jadi sabar saja sebab terlanjut kuketahui perbuatanmu, untung saja saya tidak lapor sama bapaknya". Itulah kata-kata yang disampaikan mamanya sari pada saya ketika ketemu di sumur itu. Hati kecilku berkata ternyata betul dugaanku, Sari dilarang lagi oleh mamanya bergaul dan jalan bersama denganku. Bahkan baru kali itu saya tahu dari mamanya sari jika sari (anaknya) tidak pernah masuk sekolah dan tak pernah lagi ke sumur itu, karena mamanya melarangnya kecuali ditemani oleh mamanya atau adiknya. Mungkin karena rasa malu atau jengkel sama mamanya sehingga sari mandi dan mencuci di sumur lain yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, meskipun airnya kurang bagus dan sering kering. Si sari menurut mamanya selalu murung dan lebih banyak dalam kamar dengan alasan sakit, sehingga ia dan suaminya tidak mau memaksa anaknya itu ke sekolah, meskipun mamanya sendiri tahu jika hal itu hanya alasan semata, tapi tetap ia memaklumi perasaannya.

Setelah mamanya sari mengutarakan keadaan sari pada saya dengan suara agak lembut dari sebelumnya, iapun lalu berkata "Sebenarnya saya tidak melarang kamu dit, bermain-main seperti yang kamu lakukan tempo hari di sumur ini, tapi jangan di depan anak saya sari, sebab ia masih anak gadis yang tidak tahu apa-apa, nanti urusan sekolahnya terganggu. Jika kamu benar-benar mau begitu, kan banyak perempuan lain yang menyukai hal seperti itu. Saya sendiri sudah tua, tapi masih senang dengan hal seperti itu. Suamiku tidak pernah memperlihatkan penisnya pada saya seperti yang pernah kamu perlihatkan pada anakku sari di sumur ini. Padahal sudah lama saya ingin sekali melihat secara jelas, tapi tak pernah ia mau dan saya pun tak perna meminta ia telanjang bulat sebab saya malu dan takut meminta atau menyuruh ia lakukan di depanku. Nanti ia menyangka aku ini macam-macam atau hiper sex".

Alangkah bahagianya dan menghernkan saya ketika mendengar kata-kata polos dari mamanya Sari itu. Apalagi ketika ia berterus terang pada saya bahwa "saya pun sebenarnya tidak pernah berani dan diminta oleh suami saya untuk telanjang bulat di depannya sekalipun kami sudah mau kerjakan perbuatan itu yakni bersetubuh atau bersenggama. Kalau suamiku mau menggauliku, ia tak pernah banyak bicara, banyak tingkah dan tak pernah meremas-remas tetekku atau memekku. Ia langsung saja bangun, lalu duduk, lalu mengangkat sedikit sarungku, lalu ia tarik kebawah rok dan celanaku. Pada saat seperti itu, saya sudah ngerti maunya, lalu saya renggangkan sedikit kedua pahaku, kutarik sedikit kedua bibir kemaluanku, lalu ia masukkan penisnya, sebab sebelum bangun biasanya penisnya sudah berdiri lalu bangun langsung mengangkangiku. Kedua tangannya ditellakkan di samping kiri kanan sebagai penyanggah, lalu ia dorong bolak balik penisnya hingga amblas seluruhnya.

Manaya sari cerita panjang lebar padaku, katanya "Ketika suami saya sudah masukkan kontolnya ke dalam vagina saya, saya hanya membantu menggerak-gerakkan pinggul saya supaya amblas seluruhnya, jika perlu dengan biji plernya sekalian biar lebih nikmat rasanya ha..ha. Saya rasanya bahkan takut dan malu mengajak lebih dulu senggama meskipun sebenarnya saya sudah ingin sekali. Apalagi telanjang bulat tanpa permintaannya. Jadi hingga keluar sperma dari penisnya, tak pernah sama sekali merobah posisi atau gerakannya. Tak pernah ia mencium susu, pipi, bibir, kemaluan atau kelentitku seperti yang sering saya dengar dalam cerita orang-orang yang biasa nonton film porno dari vcd". Cerita mamanya sari pada saya dekat sumur yang merangsang saya.

Cerita terus terang dan panjang lebar itu, mungkin disengaja oleh mamanya Sari karena ada maksud lainnya pada saya, tapi yang jelas ia kelihatannya agak kesal atas kepasifan suaminya dalam bersetubuh, sehingga ia seolah-olah ingin menikmati lebih daripada itu, misalnya dirangsang lebih dahulu atau diperlihatkan segala alat vital suaminya, seperti yang ia lihat pada saya tempo hari. Ia nampanya ada keinginan praktekkan cerita porno yang sering ia dengar dari teman pergaulannya, sebab ia sendiri belum pernah menyaksikan langsung adegan sex dalam film atau membaca cerita porno. Ia hanya dengar dari orang lain bahwa banyak posisi dan model gerakan sex yang dapat dilakukan dan rasanya lebih nikmat dari pada posisi biasa yang ia kenal dan sering lakukan.

Setelah membeberkan pengalamnnya dengan suaminya, mamanya saripun berbegas ke sumur untuk mandi sambil berkata "Tunggu saya dulu yah, nanti kita sama-sama pulang" ucapannya sambil berjalan ke pinggir sumur. Spontan saja belum sampai di tempat cucian pinggir sumur, ia sudah buka sarung dan bajunya, sehingga dari belakang saya sempat melihat kait BH-nya dan CDnya yang warna kuning. "Dasar perempuan penasaran" (dalam kati saya). Sesaat setelah itu, ia sudah bugil, sebab memang ia tidak pakai rok dan baju dalam, namun kali ini baru terlihat dari belakan. Tapi berselang beberapa detik saja, ia sudah menyiram seluruh tubuhnya yang polos itu dengan air. Saya sempat terperangah dan tersentak sejenak ketika ia berbalik ke arah saya, apalagi saya berdiri tak jauh dari tempatnya mandi, sehingga susu dan putingnya yang menantang serta gundukan yang ada di selengkangannya terlihat dengan jelas sekali.

Jantung saya berdebar ingin menyaksikan pemandangan itu lebih lama, bahkan memegangnya sekalian, tapi ada rasa malu dan takut dalam hati saya, sehingga saya mencoba untuk terus terpaku di situ. Susu dan putingnya yang tidak jauh beda dengan milik sari, mungkin karena baru dua anaknya yang pernah mengisap dan itupun sudah lama sekali, sementara bapaknya memegangpun jarang, apalagi menjilatinya, sehingga wajar jika masih indah, montok dan menantang. Hanya yang kurang wajar bagi saya adalah gundukan yang ada di selangkangannya,ternyata bersih, agak mengkilap seolah belum pernah melahirkan, bahkan tak satupun bulu-bulu yang tumbuh di atasnya. Padahal menurut perkiraan saya usianya sudah di atas 40 th. Umumnya orang mengatakan bahwa rata-rata kemaluan orangtua setengah baya ditumbuhi bulu yang agak lebat, sedang kemaluan mamanya sari justru gundul dan tidak ada bekas dicukur.

Keadaan alat sensitif mamanya Sari saya ketahui setelah ia tiba-tiba memanggilku "Dit, ke sini dulu, bantu saya gosokkan dengan sabun pada bokong saya sebab tangan saya tak sampai" ia memanggil saya sambil sedikit melambaikan tangannya ke arah saya. Tentu saja walaupun diselingi rasa takut bercampur malu, tapi sebagai pria normal yang pernah dan ingin menikmati keindahan tubuh wanita, saya harus lebih memberanikan diri dan membuang jauh-jauh rasa takut dan malu agar kesempatan emas ini dapat saya nikmati. Segera saja saya lebih dekat dan meraih sabun dari tangannya, lalu pelan tapi pasti saya coba sentuh bokongnya dan menggosoknya dengan sabun sampai bersih. Dalam hati kecil saya sudah yakin jika mamanya sari justru mau menikmati barang saya yang telah disaksikan tempo hari, apalagi setelah saya kaitkan dengan ceritanya tadi dengan suaminya yang seolah kurang puas bersetubuh dengannya, maka tidak ada lagi rencana lain kecuali ingin menjadikan aku sebagai pemuas nafsunya.

Setelah beberapa menit saya gosok-gosokkan tangan saya di daerah belakan, kini tiba-tiba ia berbalik menghadap ke arah saya sehingga tanpa sengaja tangan saya bersentuhan sedikit dengan payudaranya. Iapun kelihatannya merinding dan merasa nikmat atas sentuhan tangan saya, dan saya langsung "Maafkan saya bu, saya tak sengaja" kata saya pada mamanya Sari saat menyentuh susunya tanpa sengaja. "Mmm...,Tak apa-apa, jika perlu kamu boleh pegang, remas, cium dan isap putingnya" itulah yang sempat diucapkannya sambil menarik tangan saya ke arah teteknya, sehingga tanpa perintah sayapun memegang dan meremasnya sedikit. Bahkan kali ini ia telanjangi aku dengan menarik sarung saya ke atas hingga keluar lewat kepalaku, selanjutnya ia tarik celana dalam saya ke bawah hingga lepas, sehingga saya dalam keadaan bugil seperti dirinya. Sungguh luar biasa kenikmatan dan kebahagiaan di subuh hari ini, ternyata impian saya untuk menikmati tubuh sari jatuh pada tubuh mamanya yang tak jauh beda bentuk dan segalanya.

Mula-mula berjalan agak pelan dan lembut remasan tangan saya atas kedua payudaranya, namun karena terdengar bisikannya "Cepat-cepatlah dit..nanti ada orang ke sumur ini dan ia mendapati kita, pasti ia bunuh kita, isaplah cepat puting susuku" begitulah kata-katanya sambil menarik kepala saya lebih rapat lagi ke teteknya, bahkan tangannya juga sudah mulai berani memegang dan mengocok penis saya sehingga sayapun merasa kenikmatan. Napas kami saling buruh, hingga "sssttt...aaahhh....mmmm....nnnn...ohhh...." itulah suara yang terdengar dari mulutnya di kesunyian subuh itu menambah indahnya untaian burunhg di atas pohon yang sudah mulai ramai kedengaran karena memang sudah menjelang pagi. Saya merasa tak lama lagi para warga akan berdatangan mengambil air di sumur itu, sehingga kami tambah mempercepat aksinya. Tanpa ia minta dan perintahkan, saya segera menurunkan kepala ke selangkangannya ingin juga rasanya menikmati memeknya yang bersih, indah, gundul dan montok itu lewat mulut saya.

Sesaat setelah itu, maka saya dengan cepatnya pun menjulurkan lidah saya ke lubangnya setelah saya sedikit membuka kedua bibir kemaluannya dengan kedua tangan saya setelah merenggangkan kedua pahanya karena ia masih dalam keadaan berdiri. Setelah terasa lidahku masuk ke lubang memeknya, maka saya gerak-gerakkan biar dia menikmatinya dan tidak penasaran lagi seperti ceritanya tadi. Ternyata tindakanku itu tidak sia-sia sebab nampak dari rintihannya, ia sungguh menikmati gesekan kiri kanan atas bawah maju mundur lidah saya. Mungkin karena saking nikmatnya, maka ia tak tahan berdiri, ia segera jongkok, lalu mencari tempat duduk di atas batu yang ada dibibir sumur, sehingga saya lebih leluasa menjilati memek dan kelentitnya, kadang saya gigit-gigit kecil sehingga pinggulnya maju mundur tanpa disengaja.

Setelah saya puas menjilati memek dan kelentitnya serta saya yakin ia betul-betul puas menikmatinya, saya pun coba angkat pantatnya dan menurunkannya ke lantai tempat cucian sumur karena sejak tadi saya ingin sekali menembus memeknya dengan penis saya. Baru saya berlutut di antara kedua pahanya yang berdiri, ia tiba-tiba jongkok sehingga kelihatan warna lubang memeknya yang agak kemerahan yang di tengahnya tertancap suatu daging menumpang kecil dan bulat. Ia segera meraih penis saya, lalu dikulumnya secara keras dan cepat seolah ingin memuaskan aku lebih cepat, apalagi kicauan burung sudah lebih ramai kedengaran sebagai tanda bahwa hari sudah menjelang pagi. Tak lama lagi warga akan berdatangan ke sumur itu, maka tak lama kemudian iapun segera mengakhiri kulumannya pada penis saya, lalu berbaring di lantai cucian dan menyanggah kepalanya dengan batu yang ada di pinggir sumur, lalu merenggangkan sedikit kedua pahanya, sebagai isyarat saya harus cepat-cepat memasukkan kontol saya ke memeknya yang dari tadi

Sesudah itu, sayapun segera berlutut di antara kedua pahanya, lalu sedikit demi sedikit mendorong kontol saya kedepan hingga ujungnya terasa tertancap pada salah satu lubang yang menang menganga dan menunggu kehadirannya. Pada mulanya terasa agak sulit masuknya, sehingga sejenak ujungnya bertahan pada lubang bagian luar memeknya, namun setelah berkali-kali saya gerakkan, ke kiri, ke kanan, maju, mundur, akhirnya amblas juga. Mulailah aku maju mundur dan gerakkan dengan cepat kontol saya, sehingga kedengaran bunyi "blak...blakk...decak...decik..." seirama dengan kicauan burung di atas pohon. Mamanya sari hanya bisa mendesis seperti seekor ular yang mau mematuk "sssstttt,,,,ahhhh,,,mmmmm...eeeenakkknya, ceeeepat dit" begitulah suaranya yang bisa keluar dari mulutnya hingga saya membalikkan tubuhnya dan saya tinggal di bawah. Iapun mengerti apa keinginan saya, dan langsung saja ia naik turunkan pinggulnya seperti orang naik motor di atas jalanan yang penuh dengan batu besar.

Kami secara bersamaan mengeluarkan suara-suara yang tidak pernah berobah "aaahhh....mmmm....sssttttt....aduuhhhh.....ennnaaakkkk" begitulah berkali-kali suara kami. Akhirnya tanpa aba-aba dan komentar, terasa ia mengejang-ngejang dan kepalanya kelihatan mulai kekiri dan kekanan, hingga ia menindis aku lebih keras dan menggigit bibirku agak keras serta merangkulku sebagai tanda ia telah mencapai puncak kenikmatan atau orgasme. Sedang saya baru terasa mulai berjalan keujung penis saya, sehingga saya harus tetap menarik dan mendorong pinggulnya agar penis saya tetap amblas dalam vaginanya. Bahkan ketika terasa cairan hangan mulai memaksa keluar, saya kembali merangkul erat, dan mengisap bibir serta menggigitnya juga, sehingga sperma saya keluar dalam keadaan penis saya tertancap di memeknya atau memuntahkan dalam vaginanya. Dalam hati saya tidak ada masalah, sebab ia sudah muncrat duluan, sehingga pembuahan atau kehamilan kemungkiannya kecil, karena tidak bersamaan.

Mamanya Sari betul-betul menikmati permainan saya ini, karena saya dapat merasakan isyarat dari eratnya rangkulannya seolah tidak membiarkan aku menarik kontolku keluar dan nampaknya ia ingin sekali menikmati puncaknya persetubuhan denganku. Karena itu, aku tidak tega memaksakan kehendak menarik penis saya keluar tanpa seizinnya, sehingga kami tetap berpelukan beberapa menit walaupun kami sama-sama telah mencapai puncaknya.

Setelah beberapa menit kami sama-sama merasakan puncak kenikmatan, tanpa banyak basa basi dan menunggu terlalu lama lagi, kamipun segera bangkit dan sama-sama mandi kembali tanpa harus pakai sabun lagi. Lalu kamipun meninggalkan sumur itu, setelah kedengaran dari jauh mulai ada suara manusia yang makin lama makin dekat. Mungkin suara warga yang akan mengambil air di sumur itu. Tentu saja kami tidak jalan bareng, sebab takut orang yang melihat kami salah sangka, meskipun sangkaan mereka benar adanya. Yach dasar akal busuk manusia yang telah melakukan pelanggaran. Kami memilih jalanan yang berbeda dan menghindar berpapasan dengan orang yang datang ke sumur itu.

Sebelum kami betul-betul terpisah, saya sempat berkata "Terima kasih bu atas pertolongannya padaku, baru kali ini saya merasakan kenikmatan yang sebenarnya". Mendengar ucapan terima kasihku itu, iapun bergegas berkata "Terimah kasihku lebih besar lagi, karena walaupun saya sudah beberapa kali melakukan senggama dengan suamiku, tapi belum pernah saya rasakan kenikmatan sepertri ini, maukah kamu membantuku lagi atau memuaskanku lagi? kalau perlu kita harus selalu pagi-pagi ke sumur siapatahu kita dapat kesempatan melakukannya lagi, nikmat sekali khan, mau khan aidit?". Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan mamanya sari padaku di pagi itu sebelum kami berpisah.

Tentu saja kami saling senang dan meng-iyakan bahkan saling mencium pipi sebagai tanda kasih sayang, apalagi kami telah saling memberikan kepuasakan yang luar biasa, yang tidak berbeda nikmatnya sewaktu saya bersetubuh dengan sari anaknya sendiri di bawa meja, hanya kesannya yang berbeda. Sebab satu dilakukan di bawah meja dan satu lagi dilakukan di lantai cucian sumur. Betul-betul kenikmatan di balik lantai cucian sumur tua.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. KEMBANG PERAWAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger